INformasinasional.com – BANDA ACEH.
Dua dekade telah berlalu sejak gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo dan tsunami dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Namun, peristiwa tragis yang menelan lebih dari 230 ribu jiwa di berbagai negara, termasuk puluhan ribu warga Aceh, tetap menjadi kenangan yang tak terhapuskan bagi mereka yang selamat dan keluarga korban.
Pada Kamis (26/12), ratusan warga Gampong Lambung, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, berkumpul di Gedung Penyelamatan (Escape Building) untuk menggelar doa bersama. Acara ini dirancang khusus untuk mengenang para korban bencana serta menjadi momen refleksi bagi masyarakat yang selamat.
Kenangan yang Terpatri dan Doa yang Tak Terputus
Kegiatan tersebut dimulai dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Suasana haru menyelimuti acara ketika video dokumenter tentang peristiwa tsunami, proses evakuasi, hingga rekonstruksi wilayah diputar. Banyak warga yang hadir tidak mampu menahan tangis, mengenang kerabat dan sahabat yang telah tiada.
[irp posts=”35524″ ]
Keuchik Gampong Lambung, Yasir, menuturkan bahwa doa bersama ini merupakan tradisi tahunan yang terus dijaga oleh warga. Tahun ini, peringatan menjadi lebih istimewa karena menandai 20 tahun perjalanan warga Aceh dalam membangun kembali kehidupannya.
“Kami ingin mengenang para syuhada yang gugur dalam bencana ini dan mengambil pelajaran agar kita selalu waspada. Doa ini juga menjadi penguat bagi kami untuk terus menjaga semangat kebersamaan dan kesiapsiagaan,” ujar Yasir.
Tragedi yang Mengubah Segalanya
Sebagai salah satu wilayah terparah yang diterjang tsunami, Gampong Lambung kehilangan sekitar 2.000 warganya. Dari jumlah tersebut, hanya kurang dari 100 orang yang berhasil selamat, sebagian karena berada di luar desa saat bencana terjadi.
Desa yang berjarak hanya dua kilometer dari bibir Pantai Ulee Lheue itu porak-poranda dalam sekejap. Dari ratusan rumah yang berdiri, hanya satu bangunan yang tersisa, meski dalam kondisi rusak berat. Kini, Gampong Lambung telah dibangun kembali dengan konsep ramah bencana, termasuk infrastruktur jalan yang lebih lebar dan gedung penyelamatan bertingkat lima sebagai langkah mitigasi.
Harapan di Tengah Luka
Bencana tsunami Aceh menjadi salah satu peristiwa paling mematikan dalam sejarah Indonesia modern. Selain menimbulkan korban jiwa, tragedi ini juga meninggalkan pelajaran penting tentang pentingnya mitigasi bencana.
Bagi warga Gampong Lambung, doa bersama bukan sekadar tradisi, tetapi simbol solidaritas dan harapan untuk masa depan. Mereka berdoa agar bencana serupa tidak terulang dan generasi mendatang dapat belajar dari peristiwa ini.
“Bencana ini adalah peringatan akan dahsyatnya kekuatan alam. Namun, kami yakin, dari kehancuran akan selalu ada kekuatan untuk bangkit,” tutup Yasir dengan penuh keyakinan.
Bencana tsunami Aceh telah menjadi bab penting dalam sejarah bangsa, sebuah pengingat akan pentingnya kesiapan, kebersamaan, dan keteguhan dalam menghadapi segala cobaan.
Reporter: Misnoadi