INformasinasional.com
CERUTU, satu jenis produk rokok yang sudah dikenal masyarakat diseluruh belahan dunia. Rokok Cerutu ini dahulunya merupakan sajian kehormatan terhadap kaum bangsawan maupun mereka yang berdarah biru dari banyak negara. Terlebih, bagi mereka penikmat tembakau.
Cerita tentang Cerutu, jenis rokok ini memiliki ciri khas, yakni pembalut racikan tembakauanya dibuat dari daun tanaman tembakau yang kering.
Nah, di Provinsi Aceh, tepatnya di satu rumah milik Salmy Lahmudin di Kampung Kayu Kol, Kecamatan Pengasingan, Kabupaten Aceh Tengah, ada memproduksi Cerutu, yakni Cerutu Gayo dengan brand atau merek dagang Gayo Mountain Cigar (GMC).
Cerutu asli buatan Gayo, Aceh Tengah ini punya citra rasa tersendiri khas Gayo. Karena, daun tembakau yang dipanen dari kebun tembakau di dataran tinggi. Pastinya berbeda dengan tembakau yang berasal dari wilayah lain di Indonesia seperti dari Kisaran di Sumatera Utara.
Perbedaan nikmat tersebut membuat produk Gayo Mountain Cigar banyak diminati pecinta rokok curutu lokal, nusantara sampai mancanegara. Cerutu Gayo terkenal dengan ciri khas aromanya yang kuat, dan sensasi rasanya yang cenderung manis.

Mountain Cigar merupakan produk cerutu pertama di Aceh yang memiliki pita cukai serta harganya tergolong ekonomis, sehingga terjangkau kantong semua golongan masyarakat. Harga mulai dari 20 ribu hingga 100 ribu perbatang, tergantung dari irisan isian yang diberikan dan jenis daun yang digunakan untuk menggulung racikan cerutu.
Seperti yang diceritakan Salmy Lahmudin si pengelola usahan Gayo Mountain Cigar, Cerutu yang diproduksinya memiliki cita rasa dan sensasi berbeda dari cerutu di daerah lainnya. Aroma tembakau hijau dan rasa yang sedikit manis menjadi daya tarik para konsumen yang telah datang dari lokal, nasional hingga luar negeri.
“Usaha Cerutu dimulai dari tahun 2018 dan mulai berjalan pada saat Covid-19 melanda wilayah Indonesia, setiap tahun usahanya itu mampu menghasilkan kurang lebih 1.000 batang Cerutu untuk dijual pada tiga cabang toko, yakni di kota Takengon, dan Kota Banda Aceh. Cerutu Gayo identik manis, dan rasanya lebih soft, manis, dan wangi. Sementara dibandingkan tembakau lain dari luar Gayo itu pengalaman bukan berarti ga baik, kebanyakan bisa nyegrak kayak kering dan gatal,” ungkapnya saat disambangi INformasinasional.com belum lama ini.
[irp posts=”10621” ]
Salah juga menceritakan, cita rasa unik manis tersebut muncul karena tembakau ditanam pada dataran tinggi 1.200 meter dari permukaan laut, dengan kultur tanah yang tidak datar sehingga setiap daun yang dihasilkan memiliki rasa yang berbeda saat proses pembakaran.

Tembakau Cerutu yang diproduksi, bahan bakunya berupa daun tanaman tembakau hasil pertanian masyarakat, yakni kelompok tani (plasma) dengan luas lahan 18 hektar dari Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara.
“Saat ini produksi cerutu hanya mampu memenuhi permintaan konsumen yang langsung membeli ke toko, pengusaha belum mampu melakukan ekspor ke negara luar, dikarenakan masih kekurangan bahan utama yaitu daun tembakau. Sebagian petani di wilayah tersebut masih ada yang menanam tembakau sebagai tanaman pendamping kopi maupun tanaman jenis lainnya,”.kata Salmy.
Sebenarnya, tanaman tembakau ini merupakan salah satu tanaman pengusir hama yang berperan penting untuk mencegah hama menyerang tanaman utama.
Sebelum Cerutu Gayo diproduksi, tembakau lokal hanya dihargai Rp 500/kg, saat kalangan pengusaha cerutu berani membeli daun tembakau dengan kualitas bagus mencapai Rp 5.000/kg, dan diterima langsung di lokasi pengolahan
“Kita keluarkan cerutu rakyat yang bisa hari ini, petani kecil dan buruh kecil itu bisa menghisap cerutu, kenapa kita keluarkan size nya itu ada harga satu kotak isi dua batang 40 ribu, isi 5 batang 100 ribu, isi 2 batang 100 ribu juga yang premium, isi 3 batang, kata Salmy lagi.
PEMERINTAH
Cerutu Gayo Mountain Cigar (GMC), Cerutu produk handmade (bukan pabrikan) ini disebut bakal menjadi cikal bakal lahirnya industri tembakau lainnya di daerah Takengon. Bisa menjadi produk unggulan khas Aceh Tengah, seperti yang pernah dirilis Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Teten Masduki beberapa tahun lalu.
Produk Cerutu Gayo sudah diluncurkan ke pasaran di Galeri Kopi Indonesia, Aceh Tengah dan bahkan sudah beredar ke luar negeri.
Secara tradisional, tembakau Gayo cukup dikenal karena aroma dan cita rasanya. Bahkan, tembakau Gayo pernah mengalami masa keemasan pada era 1980-an.
“Ini bisa dijadikan sebagai produk unggulan dari daerah Aceh Tengah. Dan kita harus terus angkat produk-produk unggulan dari daerah seperti ini,” ungkap Teten dalam siaran persnya, kala itu.
Dengan market demand yang sudah jelas, Teten menyebutkan cerutu khas Gayo ini tinggal dipoles dengan perkuatan branding dan perluasan pasar. Artinya menurut Menteri Koperasi dan UMKM itu, produk unggulan dari Aceh Tengah tidak hanya kopi dan produk holtikultura, melainkan juga cerutu.
Untuk perluasan pasar cerutu khas Gayo ini mengarahkan untuk bekerjasama dengan seluruh Kedutaan Besar Republik Indonesia di seluruh dunia. Intinya harus berani dalam meningkatkan perluasan pasar produk cerutu khas Gayo.*
(Penulis : Parlaungan Hutasuhut/wartawan INformasinasional.com)
Editor : Misno