INformasinasional.com-PASAMAN BARAT. Kalangan pengrajin pembuat ikan kering/asin di Nagari Maligi, Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat, mengeluhkan harga garam yang sempat melambung tinggi mencapai Rp 500 ribu/zak (karung). Sehingga, hasil produksi ikan kering/asin mereka yang dijual tidak sebanding dengan biaya modal usaha.
“Hasil jual beli kita dalam dua bulan dibelakangan ini, dan sampai saat ini tidak sesuai dengan usaha kita. Karena, harga garam untuk bahan utama pengasinan ikan, sejak Dia bulan ini naik mencapai Rp 500 ribu per karung. Yang sebelumnya hanya Rp 200 ribu per karung. Kemudian naik menjadi Rp 300 ribu, hingga mencapai 500 ribu perkarunhnya,” kata Rahmi, salah seorang pembuat ikan kering/asin di Nagari Maligi, Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Kabupaten Pasaman Barat, kepada INformasimasional.com, Rabu (30/8/2023).
[irp posts=”10950″ ]
Dijelaskan Rahmi, untuk harga penjualan ikan kering/asin masih stagnan dan belum ada kenaikan harga, tergantung jenis ikan kering/asin yang diproduksi. Karena, ada beberapa jenis ikan laut yang bisa diproduksi menjadi ikan kering asin. Yakni jenis ikan lore, ikan suaso, ikan sore, ikan kipeh-kipeh, ikan batu, ikan janguik dan udang.
“Harga jual ikan kering asin tangiri Rp 70 ribu/kg, jenis ikan kering asin suaso Rp 65 ribu – Rp 75 ribu/kg, ikan kapeh-kapeh Rp 70 ribu/kg, ikan kepala batu Rp 10 ribu/kg, ikan bajanguik Rp 45 ribu/kg. Sedangkan untuk udang kering asin Rp 50 ribu/kg,” jelasnya.
Untuk pasar/penjualan produk ikan kering asin keluar daerah, yakni jenis ikan tangiri, ikan suaso, dan ikan kapeh-kapeh. Sedangkan jenis ikan kering asin lainnya dipasarkan di pasar lokal.
Selain harga garam yang tinggi, produksi ikan asin kering juga dalam dua bulan terakhir mengalami penurunan, akibat bahan baku ikan laut yang dihasilkan nelayan tangkap juga menurun. Karena, beberapa jenis ikan laut itu tergantung musim. Jika musim lenang, ikan bisa banyak dan jika musim badai ikan juga sedikit. Artinya, jenis ikan laut untuk dibuat ikan kering asin ini tergantung musim cuaca atau rerotasi.
“Dimasa sekarang ini kita paling banyak hanya memproduksi ikan kering asin setengah sampai satu ton ikan kering asin, karena tidak musim ikan laut. Dan kalau musim ikan laut, kita bisa memproduksi satu sampai dua ton ikan kering asin,” kata Ratmi menjelaskan.
Dijelaskannya, proses pengolahan ikan kering asin dengan menggunakan larutan garam, dilanjutkan dengan perendaman selama 1×24 jam, selanjutnya dilakukan pengeringan dibawah trik sinar mata hari.
Untuk alat penjemuran Rahmi saat ini perlu menambah alat penjemuran, seperti wareng, panjang balek, dan keranjang untuk membawa ikan.
Reporter : Syafrizal
Editor : Misno