INformasinasional.com-JAKARTA. Negara-negara ASEAN akan meneken kesepakatan di sektor ketahanan pangan, salah satunya menyasar komoditas beras. Hal ini bertujuan untuk menjamin pasokan dan ketersediaan beras di negara-negara kawasan.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan langkah ini untuk menyikapi tantangan adanya perubahan iklim dan kekeringan. Kesepakatan akan diangkat dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 pada 5-7 September 2023 mendatang.
[irp posts=”11169″ ]
“Terkait pangan kita ada beberapa hal yang dibahas terutama menyikapi climate change dan kekeringan ke depan. Terutama untuk akses komoditas strategis di ASEAN, salah satunya beras,” kata Airlangga usai forum ASEAN Economy Community Council (AECC) di Hotel St Regis, Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Terpisah, Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi menjelaskan tujuan adanya usulan kesepakatan tersebut. Dia berkaca dampak dari krisis pangan yang terjadi di belahan dunia lain hingga membuat pasokan pangan terhambat.
“Kita tidak ingin kejadian seperti di kawasan lain karena adanya satu situasi kemudian terjadi hambatan komoditas yang menjadi kebutuhan utama. Kita tahu kalau beras harganya naik kan potensi social unrest-nya sangat besar,” ujarnya.
Edi menginginkan agar negara ASEAN yang menjadi produsen beras terbesar bisa menyiapkan stok yang memadai untuk mengamankan rantai pasok di kawasan. Di ASEAN, sejauh ini Vietnam dan Thailand yang diisukan akan mulai membatasi ekspor beras.
“Itu kan harus dimulai bagaimana nanti penguatan proses produksinya, akses komoditasnya, bagaimana memainkan sistem untuk pemenuhan komoditi, supaya tetap tidak dianggap nanti misalnya kalau kita melakukan penyediaan stok, lalu dianggap seolah-olah kita melanggar aturan dunia. Nah ini semua harus diatur. Intinya jangan sampai kebutuhan pangan di ASEAN ini terganggu,” jelas Edi.
Selain itu, akan diperkuat dari sisi produksi dengan penerapan teknologi smart farming. Mengingat sumber daya manusia (SDM) seperti petani beras dinilai perlu diremajakan.
“Karena kita tahu pertanian ini di ASEAN pelakunya banyak yang sudah senior. Umurnya lebih dari 50 tahun. Kalau tidak diremajakan pelakunya, maka akan sulit, pertanian menjadi sektor yang tidak produktif. Maka harus didorong bagaimana teknologi bisa masuk sehingga generasi muda yang produktif masuk ke pertanian atau agribisnis setidaknya,” paparnya.(dtc)
Editor : Misno