INformasinasional.com-MEDAN. Mengambil tindakan mengamankan terhadap orang-orang terlantar, gelandangan dan orang penderita keterbelakangan mental yang berkeliaran dijalanan di Kota Medan, itu merupakan tindakan rutin Dinas Sosial Pemko Medan.
Terlebih, saat dilakukannya razia, ada berkeliaran orang dengan keterbelakangan mental, itu pasti ditangani petugas. Hal itu dikatakan Kepala Dinas Sosial Kota Medan, Khoiruddin, Selasa (13/2/2024) ketika ditemui diruang kerjanya.
Khoiruddin juga memberikan penjelasan terkait diamankannya orang-orang yang terjaring razia di jalanan Pandu Kota Medan. Dia mengungkapkan bahwa tindakan penangkapan orang-orang terlantar memang menjadi bagian dari tugas rutin Dinas Sosial, terutama fenomena orang terlantar yang cukup banyak di Kota Medan.
[irp posts=”21904″ ]
“Ya istilah pengamen, pengemis dan gelandangan ini kan mengganggu estetika Kota Medan di samping memang dilarang oleh peraturan daerah. Ada Perwalnya ya,” kata Khoiruddin.
Menurutnya, setiap hari ada beberapa tim dari Dinas Sosial berusaha memberikan bantuan kepada orang terlantar, baik berupa makanan maupun bantuan sosial lainnya. Namun, saat melakukan razia, pihaknya memastikan bahwa proses tersebut dilakukan dengan manusiawi.
“Setiap hari kami memberikan bantuan kepada pengemis yang ada di Kota Medan. Memang fenomena di Kota Medan ini sangat banyak dan itu adalah orang pendatang. Boleh dibilang mungkin separuh orang luar Kota Medan, separuh orang Medan. Dengan berbagai motif itu mereka datang dan membawa masalah,” katanya lagi.
Khoiruddin juga menegaskan, bahwa setiap orang yang diamankan oleh petugas Dinas Sosial dibawa ke rumah singgah dan pasti diberikan perlakuan manusiawi, termasuk memberikan makanan dan assesmen. Namun, dalam kasus tertentu, seperti orang lansia, akan ditempatkan di tempat yang sesuai dengan kebutuhannya.
Namun, Khoiruddin tidak menjelaskan secara rinci mengenai kejadian konkretnya yang dialami oleh Tuti dan Immanuel.
Khoiruddin menyatakan, bahwa petugas yang bertugas pada kejadian telah memberikan laporan bahwa ada yang melarikan diri, sehingga mereka dibiarkan pulang pada malam tersebut.
“Orang yang kita amankan, kita bawa ke rumah singgah. Kita asessmen. Lalu kita hubungi Lurah atau pihak keluarga untuk datang menjemput. Begitu SOPnya,” kata dia.
Penjelasan Kadis Sosial Pemko Medan itu sehubungan pertemuannya kepada Leonardo Hutapea selaku keluarga Tuti dan Immanuel yang sempat ditahan Dinas Sosial Kota Medan, namun memulangkannya dengan perantaraan pengendara beca motor.
Pantauan INformasinasional.com, pertemuan antara Kadis Sosial Kota Medan dengan Leonardo, sempat terjadi ‘adu mulut’. Karena, Leonardo memoertegas, jika Tuti dan Immanuel bukanlah pengemis ataupun gelandangan.
[irp posts=”21910″ ]
“Mereka korban yang dibawa oleh tetangga ke Jalan Pandu hanya untuk mendapatkan angpao dari perayaan Imlek. Adik saya dan keponakan saya itu bukan orang terlantar, bukan pengemis, bukan gelandangan. Mereka itu terbelakang mental. Dan tak pernah itu mengemis di jalanan. Selama ini dia selalu di rumah. Jadi jangan bilang itu pengemis ataupun gelandangan,” tegas Leonardo.
Leonardo juga bersikukuh menuntut penjelasan lebih lanjut dari Kepala Dinas Sosial Kota Medan Khoiruddin terkait SOP pengamanan orang yang mereka razia di jalanan Kota Medan, dan mengapa adik serta sepupunya sampai bisa lepas dari jangkauan Dinas Sosial, bahkan hilang selama empat hari. Keluarga dan tetangga selama mulai hilang sampai Selasa dini hari berpencar mencari sampai pagi harinya, hingga ke Binjai, Pancur Batu dan Kota Medan sekitarnya.
Namun, Kadis Sosial Kota Medan, Khoiruddin menjelaskan, bahwa usai assesmen, Tuti dan Immanuel bersama empat orang lainnya dibawa kembali naik truk untuk dipulangkan.
Namun saat itu, Tuti dan Immanuel kabur dan tidak bisa dikejar oleh petugas dari Dinsos yang berjumlah tiga orang.
“Tim saya berusaha mencari tapi tidak ketemu. Kami punya tanggung jawab moral atas kaburnya kedua orang tersebut,” kata Khoiruddin.
Setelah adu mulut, akhirnya Khoiruddin didampingi Kabid Rehabilitasi Dinas Sosial, Pemko Medan, Mariance, mengaku salah dan meminta maaf.
“Saya atas nama Kepala Dinas Sosial Kota Medan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Leonardo Hutapea dan Bapak Purba atas ketidaknyamanan ini. Kami akui terjadi misskomunikasi. Kami akan jadikan ini pelajaran untuk lebih baik ke depannya,” kata Khoiruddin.
Atas permintaan maaf itu, Leonardo Hutapea dan Purba meminta agar Dinas Sosial Kota Medan datang ke rumah untuk melihat dan meminta maaf langsung kepada orang tuanya Tuti dan orang tua Immanuel
(K.Purba)
