INformasinasional.com-LANGKAT. Polda Sumut melakukan ekshumasi terhadap jenazah Perwira TNI AL Lettu Laut (K) dr Eko Damara (31) yang disebut tewas karena bunuh diri saat mengikuti satgas di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Ekshumasi itu dilakukan di pemakaman di Desa Karang Rejo, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
“Dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, selesai sekitar 13.30 WIB (dilakukan oleh) Polda Sumatera Utara bekerja sama dengan Puspomal TNI, Puspomad, dan Puspomau, (ekshumasi) itu permintaan keluarga, malah waktu itu 10 hari setelah almarhum dimakamkan kita kan mendatangi Puspom TNI membuat laporan karena kita menemukan kejanggalan di tubuh bagian belakang almarhum, tapi kan disarankan ke Puskopal aja dulu,” kata paman Lettu Eko, Abdul Sattar, saat dihubungi, Senin (24/6/2024).
[irp posts=”27252″ ]
Hasil dari autopsi nantinya diperkirakan keluar satu bulan ke depan. Sebab jenazah sudah dimakamkan hampir 2 bulan.
“Tadi berdasarkan keterangan dari dokter forensik dibilang kan ini sudah hampir 2 bulan ini, jadi diperkirakan hampir 1 bulan,” ucapnya.
Abdul menyebutkan keluarga berharap dengan dilakukan otopsi ini maka kasus ini dapat terang benderang. Termasuk dengan penyebab kematian.
“Harapan keluarga kasus ini menjadi terang benderang karena selama ini kan nggak pernah dilakukan otopsi, jadi tidak tahu penyebabnya apa, jadi dengan adanya otopsi ini kan nanti akan diketahui penyebabnya,” sebutnya.
Selain autopsi, Abdul mengaku mendapat informasi akan dilaksanakan uji balistik dan olah TKP. Hal itu guna mengungkap kejanggalan yang dirasakan keluarga.
“Autopsi ini kan nggak cukup, harus dilengkapi lagi dengan uji balistik untuk mengetahui jenis senjata, jenis peluru, jarak tembak, dan senjata milik siapa, jadi informasi nya seperti itu, termasuk juga untuk olah TKP karena di situ juga ada kejanggalan,” tutupnya.
Penjelasan TNI AL
Sebelumnya TNI AL telah memastikan bahwa Lettu dr Eko Damara tewas karena bunuh diri. Bunuh diri itu disebabkan Lettu Eko terlilit utang.
Dankormar Mayjend TNI Mar Endi Supardi mengatakan kesimpulan bahwa Lettu Eko bunuh diri didapat berdasarkan hasil investigasi digital forensic. Lettu Eko pun disebut terlilit utang ratusan juta sebelum bunuh diri.
“Sebelumnya (almarhum) banyak googling masalah judi online, download aplikasi judi online. Jadi nyambung kenapa yang bersangkutan bunuh diri,” ujar Mayjend Mar Endi Supardi dilansir detikNews (20/5).
Dijelaskan Endi, utang yang dimiliki Lettu Eko mencapai Rp 819 juta. Eko berutang kepada sesama teman anggota, bank, hingga warung koperasi yang ada di daerah operasi.
“Utang-utangnya di daerah operasi ada Rp 177 juta. Kemudian ada Rp 641 juta, total seluruh hutang Rp 819 juta,” jelasnya.
Endi Supardi tidak bisa memastikan untuk apa utang-utang Lettu Eko. Endi yakin Lettu Eko tak bisa mengembalikan uang yang dipinjamnya.
“Utang almarhum cukup lumayan, di sini ada catatan. Dari teman kedokterannya juga ada sesama dokter, ada dua, teman satgas ada, bank BRI ada, Bank Woori juga ada. Artinya beliau tak sanggup kembalikan, sempat mengelabui dinas, alasannya untuk menutup yang di satuan sebelumnya, ternyata tidak dibayarkan juga. Malah dimasukkan ke rekening BRI yang baru,” jelasnya.
Akhirnya uang itu tidak berbentuk barang, karena di satgas pun tidak beli apa-apa, di keluarga pun tidak terima apa-apa, digunakan untuk judi online,” lanjut dia.
Orang yang dipinjami uang oleh Lettu Eko percaya perwira asal Sumatera Utara itu dapat mengembalikan uang tersebut. Eko sendiri tidak menjelaskan peruntukan uang yang dipinjamnya.
“Dia tidak bilang, hanya pinjam. Kemudian dikasih, karena sama-sama anggota, seperjuangan, dikasih. Jadi tidak disampaikan untuk apa,” jelasnya.
Selama berada di daerah operasi Lettu Eko dikenal sebagai orang yang tertutup. Tiga pekan jelang berakhirnya waktu operasi, Lettu Eko belum bisa mengembalikan utangnya, sehingga memutuskan untuk bunuh diri.
“Karena beliau juga tertutup sering mengurung diri. Sering dalam kamar. Petugas di sana bisa mengembalikan, ternyata tidak, waktu semakin habis sehingga mengambil langkah seperti ini,” ungkapnya.
“Ini sangat disayangkan, saya selaku komandan satgas sangat kecewa dengan langkah tindakan almarhum karena kita di sana sedang fokus menangani sparatis, memerangi yang sekarang disebut OPM atau KKB. Semua fokus ke sana, dan di akhir penugasan itu kita ekstra hati-hati, karena saat itu prajurit lengah,” tutur dia.(sumber: detikcom)