INformasinasional.com-ACEH TIMUR. Enam pengungsi Rohingya dilaporkan tewas setelah terdampar di pantai Gampong Meunasah Hasan, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Insiden memilukan ini terjadi pada Kamis (31/10/2024) dini hari sekitar pukul 04.00 WIB, saat para pengungsi ditemukan oleh warga sekitar.
Sebanyak 96 orang yang terdampar di pesisir ini terdiri dari 37 pria, 46 wanita, dan 7 anak-anak, menurut informasi yang dikutip dari Freelinenews.com. Para nelayan setempat yang pertama kali melihat rombongan ini segera memberikan bantuan, namun enam orang di antaranya sudah dalam kondisi tak bernyawa. “Pada pukul 4.00 pagi, kami menemukan mereka dalam keadaan lemas. Sayangnya, enam orang sudah tidak bernyawa ketika kami menemukannya,” ungkap Keuchik Meunasah Hasan, Baktiar, yang mengoordinasikan pertolongan warga.
Kepala Kecamatan Madat, Iswandi, turut memberikan keterangan bahwa warga langsung menyuplai makanan dan minuman seadanya kepada para pengungsi. Bantuan ini sangat berarti, mengingat kondisi fisik sebagian besar dari mereka tampak lemah dan memprihatinkan. “Mereka mendarat di area pantai yang berjarak sekitar 8 kilometer dari permukiman penduduk. Di sana tidak ada akses langsung ke pemukiman karena daerah tersebut berupa hutan bakau dan tambak,” jelas Iswandi.
Upaya Pertolongan Warga Setempat
Warga yang menyadari kedatangan pengungsi Rohingya ini segera berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa dan petugas kesehatan. Camat Iswandi menambahkan bahwa delapan dari pengungsi yang selamat dalam kondisi sakit dan membutuhkan perawatan. Hingga saat ini, para pengungsi mendapat bantuan seadanya dari warga, sementara aparat setempat menunggu langkah berikut dari pihak berwenang untuk penanganan lebih lanjut.
“Pesisir ini bukan tempat pemukiman, jadi akses cukup sulit. Kami menduga mereka diturunkan di tengah laut dan terpaksa berenang ke tepi pantai,” lanjut Iswandi. Dugaan ini didasarkan pada keterangan warga yang tidak melihat adanya kapal atau perahu yang membawa mereka ke darat.
Latar Belakang Pengungsi Rohingya
Rohingya, minoritas muslim asal Myanmar, seringkali mencari suaka di negara-negara tetangga, termasuk Indonesia, untuk menghindari penganiayaan dan kekerasan di tanah air mereka. Perjalanan mereka berisiko tinggi, terutama di tengah cuaca yang tak menentu dan minimnya peralatan keselamatan.
[irp posts=”33198″ ]
Masyarakat Aceh sendiri dikenal sering memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya yang terdampar di pesisir mereka. Kasus pendaratan seperti ini bukan yang pertama terjadi. Pada tahun-tahun sebelumnya, ratusan pengungsi Rohingya juga sempat tiba di beberapa wilayah pesisir Aceh dalam kondisi yang tidak jauh berbeda, sehingga memunculkan respons kemanusiaan dari warga dan aparat setempat.
Respons Pemerintah dan Lembaga Kemanusiaan
Hingga berita ini diturunkan, pihak berwenang di Aceh Timur telah berkoordinasi dengan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk merespons situasi darurat ini. Rencananya, mereka akan memberikan bantuan medis dan makanan lebih lanjut serta memastikan para pengungsi mendapat tempat berlindung yang layak. Bantuan dari organisasi kemanusiaan internasional juga diharapkan segera tiba untuk membantu menangani kondisi para pengungsi yang selamat dan memastikan keamanan serta kesehatan mereka.
Kejadian ini menjadi pengingat atas situasi darurat yang dihadapi oleh pengungsi Rohingya, yang kerap berjuang untuk hidup mereka demi masa depan yang lebih baik. Tragedi ini menunjukkan perlunya kolaborasi dari pemerintah, lembaga internasional, dan masyarakat untuk memberikan perlindungan yang layak dan solusi jangka panjang bagi pengungsi yang terus berusaha mencari tempat aman.
Dengan banyaknya kasus serupa, pemerintah Indonesia serta lembaga internasional diharapkan dapat mencari solusi untuk mengatasi krisis pengungsi ini. Aceh kembali menunjukkan solidaritasnya, namun upaya lebih besar diperlukan agar tragedi serupa tak terulang di masa depan