INformasinasional.com – MEDAN.Kenaikan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Sumatera Utara kembali memberikan angin segar bagi para petani. Pekan ini, harga tertinggi TBS di tingkat petani tercatat menyentuh Rp 3.250 per kilogram. Kenaikan ini menjadi tren positif setelah pekan lalu harga tertinggi mencapai Rp 3.120 per kilogram. Kabar baik ini terutama dirasakan oleh petani di Kabupaten Mandailing Natal yang menikmati harga tertinggi di Sumut, sedangkan harga terendah tercatat di Kabupaten Langkat, yaitu Rp 2.350 per kilogram.
Rincian Harga TBS di 15 Kabupaten Penghasil Sawit
Pergerakan harga TBS sawit pekan ini terpantau cukup beragam di 15 kabupaten penghasil utama di Sumatera Utara, di antaranya:
Langkat: Rp 2.350/kg
Deli Serdang: Rp 2.950/kg
Serdang Bedagai: Rp 3.050/kg
Simalungun: Rp 2.950/kg
Batubara: Rp 2.900/kg
Asahan: Rp 2.960/kg
Labuhanbatu Utara: Rp 2.700/kg
Labuhanbatu: Rp 2.830/kg
Labuhanbatu Selatan: Rp 2.850/kg
Padanglawas Utara: Rp 2.850/kg
Padanglawas: Rp 3.100/kg
Tapanuli Selatan: Rp 2.960/kg
Tapanuli Tengah: Rp 3.100/kg
Mandailing Natal: Rp 3.260/kg
Pakpak Bharat: Rp 2.800/kg
[irp posts=”33533″ ]
Dari data tersebut, harga rata-rata TBS sawit di Sumut minggu ini berkisar antara Rp 2.700 hingga Rp 3.250 per kilogram, lebih tinggi dari pekan lalu yang berkisar Rp 2.295 hingga Rp 3.120 per kilogram.
Apkasindo: Harapan Stabilitas Harga di Atas Rp 3.000/kg
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumatera Utara, Gus Dalhari Harahap, menyatakan bahwa kenaikan harga ini merupakan perkembangan yang menggembirakan. Setelah pekan lalu hanya ada satu kabupaten dengan harga di atas Rp 3.000 per kilogram, kini sudah ada empat kabupaten yang mencapai angka tersebut. Ia berharap dalam waktu dekat seluruh kabupaten penghasil sawit di Sumut dapat menikmati harga di level Rp 3.000-an per kilogram.
“Dengan tren ini, kami optimis menjelang akhir tahun harga TBS akan semakin merata di angka Rp 3.000-an per kilogram. Ini adalah harapan kami agar semua petani bisa menikmati keuntungan lebih baik di penghujung tahun,” ujarnya saat diwawancarai pada Kamis, 7 November 2024.
Faktor Kenaikan Harga dan Harapan Stabilitas
Gus Dalhari menjelaskan bahwa harga TBS sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional. Kenaikan harga saat ini turut terbantu oleh meningkatnya permintaan pasar, baik dari dalam negeri maupun ekspor. Namun, ia menekankan bahwa ketidakstabilan harga CPO bisa memicu perubahan harga TBS. “Kami tentu berharap harga CPO tidak mengalami penurunan yang signifikan, agar para petani dapat terus merasakan harga yang stabil di atas Rp 3.000 per kilogram,” katanya.
Dampak Kenaikan Harga bagi Petani Sawit
Kenaikan harga ini sangat dirasakan oleh para petani sawit di Sumut. Dengan harga TBS yang terus meningkat, petani dapat memperoleh pendapatan lebih besar, membantu mereka dalam menghadapi biaya operasional dan kesejahteraan yang lebih baik. Petani di Mandailing Natal, sebagai daerah dengan harga tertinggi saat ini, sangat berharap tren ini terus berlanjut agar kesejahteraan mereka makin meningkat.
“Harapan kami adalah harga tidak hanya naik di satu dua kabupaten, tetapi merata di semua daerah penghasil sawit di Sumut. Kami ingin semua petani di Sumut menikmati keuntungan dari harga yang bagus ini,” ungkap salah seorang petani di Mandailing Natal.
Langkah ke Depan: Stabilitas dan Pengawasan
Kenaikan harga ini juga mengundang perhatian pemerintah dan pihak terkait untuk lebih serius mengawal harga TBS di tingkat petani. Para petani berharap pemerintah dan asosiasi dapat bekerja sama menjaga stabilitas harga melalui regulasi dan pengawasan harga TBS yang ketat.
Dengan adanya tren positif ini, banyak pihak berharap agar akhir tahun 2024 menjadi momen yang menggembirakan bagi seluruh petani sawit di Sumatera Utara. Kenaikan harga ini juga menandakan peluang besar bagi pengembangan sektor sawit yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan bagi masyarakat di daerah penghasil sawit.