INformasinasional.com-BANDA ACEH. Sebanyak 152 imigran Rohingya yang diangkut dengan lima truk terpaksa dipulangkan ke Aceh Selatan setelah mendapat penolakan dari masyarakat di kawasan Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Insiden ini terjadi pada Kamis (7/11/2024) malam di depan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Aceh.
Menurut informasi di lapangan, warga sekitar yang terganggu oleh keberadaan truk-truk yang membawa imigran ini mulai berkumpul sekitar pukul 18.50 WIB, sesaat setelah shalat Magrib. Mereka mendesak para sopir untuk segera meninggalkan lokasi dan mencari tempat penampungan di daerah lain.
[irp posts=”33566″ ]
Ketua Pemuda Jeulingke, Fauzan, menjelaskan bahwa masyarakat setempat memberikan batas waktu kepada truk-truk tersebut hingga usai waktu shalat Magrib. Fauzan menyatakan bahwa jika para imigran tetap berada di luar area Kemenkumham, warga akan mengambil tindakan tegas.
“Jika mereka berada di dalam gedung Kemenkumham, kami tidak mempermasalahkannya. Namun, keberadaan mereka di luar kantor mengganggu arus lalu lintas dan tidak ada koordinasi sebelumnya dengan pihak desa,” ujar Fauzan kepada sejumlah wartawan.
Penolakan ini juga mengakibatkan beberapa warga terpaksa membantu mendorong truk karena mesin sempat sulit dinyalakan. Setelah situasi semakin memanas, para sopir akhirnya memutuskan untuk mencari lokasi lain di sekitar Simpang Mesra. Namun, karena tidak mendapat kepastian mengenai tempat penampungan, para imigran akhirnya dipulangkan ke Aceh Selatan.
Jalaluddin, salah satu sopir yang mengangkut imigran tersebut, mengaku telah diminta oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Selatan untuk mengantar para imigran Rohingya ke Banda Aceh. Sesuai perjanjian, truk mereka seharusnya kembali ke Aceh Selatan setelah menurunkan imigran di kantor pemerintah. Namun, kondisi di lapangan berbeda dari yang direncanakan.
“Setelah kami tiba, warga di sini ternyata tidak menerima. Jadi kami bawa mereka kembali ke Aceh Selatan,” ujar Jalal.
Situasi ini menyoroti kompleksitas penanganan pengungsi Rohingya di Aceh. Masalah koordinasi antarinstansi dan penerimaan masyarakat setempat menjadi tantangan dalam menyediakan tempat aman bagi para imigran yang terpaksa melarikan diri dari konflik di negara asal mereka.(Sumber:detikcom)