INformasinasional.com-MEDAN. Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Relawan Perjuangan Demokrasi (DPD REPDEM) Sumatera Utara (Sumut), Hendra Kaban menduga, penyerangan terhadap Calon Gubernur Sumatera Utara, Letjen (Purn) Edy Rahmayadi sudah direncanakan.
“Dugaan ini muncul sejak debat pertama. Pendukung Bobby-Surya yang berada di dalam maupun diluar ruangan debat, lebih dominan kaum remaja. Pendukung Bobby yang berada di luar mencoba memancing keributan dengan emak-emak pendukung Edy-Hasan hingga ada yang terkena cakar,” kata Hendra Kaban, Jumat (8/11/2024).
Disebutkan, peristiwa ini terjadi di depan aparat kepolisian yang berjaga, namun tidak ada mengambil tindakan untuk meredam.
[irp posts=”33626″ ]
Pada debat kedua, pendukung Bobby yang berada di luar ruang debat, juga sebagian besar kaum remaja.
Mirisnya, lanjut Hendra, didalam debat seolah-olah memberikan perintah, Bobby dan Surya meneriakkan kalimat “MAIN KITA”. Menurutnya, walaupun ada alibi bahwa kalimat tersebut merupakan komando untuk bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), namun kesan yang muncul adalah perintah untuk menyerang.
“Ketika Pak Edy keluar hotel menuju mobil yang di parkir di Wisma Benteng, beliau dilempar dengan botol minuman mineral yang masih ada air didalamnya, hingga mengenai beliau. Dan ini sekali lagi terjadi di depan petugas aparat keamanan,” terang Kaban.
Tidak lama setelah itu, disebutkan, muncul lagi flaying victim yang menyebutkan mobil Bobby dilempar dari arah kiri dan diduga dari pendukung Edy-Hasan. Drama ini sangat tidak masuk akal, karena yang berada di sebelah kiri mobil Bobby, semua adalah pendukungnya dan aparat keamanan.
“Melihat fenomena ini, maka kami berpendapat bahwa, kondisi ini terjadi karena Pj Gubernur, pihak aparat keamanan memperlakukan Bobby sangat istimewa sehingga muncul sikap superpower apalagi merupakan Adik Ipar Wapres dan menantu mantan Presiden Jokowi,” tegasnya.
Menurutnya, sikap ini pulalah yang kemudian menjadikan pendukungnya merasa aman dalam melakukan tindakan apapun, termasuk tindakan mengarah ke tindak pidana seperti yang mereka lakukan terhadap seorang Letjen (purn) Edy Rahmayadi.
Oleh karena itu, lanjut Hendra, perlu sikap tegas dari Kepolisian untuk bersikap netral, Pj Gubernur bersikap netral, termasuk Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri di Sumut, serta penyelenggara Pemilu. Jika tidak, maka situasi Pilkada di Sumut tidak akan dapat diprediksi.
“Jika terjadi situasi yang tidak diinginkan, maka yang paling bertanggungjawab adalah Pj Gubernur Sumatera Utara, serta aparat keamanan, tidak hanya Kapolda, tetapi juga Wakapolda serta pejabat utama Polda Suatera Utara lainnya, termasuk pihak Kejaksaan harus ikut bertanggungjawab,” imbuhnya.
(Hendra)