*Opini:
PESTA demokrasi adalah perayaan rakyat. Namun, dalam kenyataannya, sering kali agenda luhur pemilihan kepala daerah (Pilkada) ternodai oleh praktik-praktik tidak terpuji seperti hasutan, fitnah, dan pembusukan karakter. Di Kabupaten Langkat, yang sedang bersiap menghadapi Pilkada serentak pada 27 November, suhu politik yang memanas memunculkan kekhawatiran bahwa momen ini akan dirusak oleh ambisi tanpa batas segelintir pihak.
Langkat, sebuah kabupaten yang berjuluk Negeri Bertuah Lancang Kuning, memiliki warisan nilai-nilai religius dan persaudaraan yang kuat. Namun, keindahan itu terancam oleh dinamika politik yang saling menjatuhkan. Seharusnya, Pilkada menjadi wadah bagi kontestasi gagasan dan strategi pembangunan untuk kemajuan daerah, bukan ajang saling mencabik dan merusak reputasi satu sama lain.
Milenial Turun Gunung: Peluang atau Ancaman?
Fenomena menarik dalam Pilkada Langkat tahun ini adalah meningkatnya partisipasi kaum milenial. Mereka tak lagi hanya menjadi penonton, tetapi turut aktif berkontribusi dalam dinamika politik lokal. Semangat ini patut diapresiasi. Namun, semangat tanpa arah bisa menjadi bumerang. Jika keterlibatan mereka hanya menjadi kendaraan untuk menyebarkan kebencian atau menjadi alat bagi pihak tertentu, maka tujuan luhur partisipasi politik pun tercederai.
[irp posts=”34008″ ]
Generasi muda Langkat harus menyadari bahwa politik adalah ruang untuk membangun, bukan menghancurkan. Peran milenial sangat dibutuhkan dalam menciptakan budaya politik yang santun, bermartabat, dan berbasis gagasan. Mereka adalah agen perubahan yang harus mampu menyuguhkan politik yang edukatif, bukan destruktif.
Politik Santun sebagai Refleksi Kepemimpinan
Pemimpin sejati adalah teladan. Mereka yang ingin merebut hati rakyat Langkat harus menunjukkan integritas, komitmen, dan kedewasaan dalam bertindak. Memanfaatkan isu agama, etnis, atau kebencian untuk kepentingan politik adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai demokrasi.
Masyarakat Langkat tidak membutuhkan pemimpin yang hanya pandai menjatuhkan lawan, tetapi pemimpin yang mampu menawarkan solusi nyata untuk memajukan daerah. Politik hasut dan pembusukan hanya akan menciptakan jurang perpecahan di tengah masyarakat yang selama ini hidup dalam kerukunan.
Ajakan untuk Bersatu
Pilkada bukanlah akhir dari segalanya. Kepemimpinan yang baik lahir dari proses demokrasi yang bersih dan sehat. Seluruh elemen masyarakat Langkat, mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga generasi muda, harus bersatu menjaga persaudaraan.
Ingatlah, Kabupaten Langkat adalah milik bersama, bukan milik segelintir pihak yang datang hanya untuk menunggangi momen Pilkada. Masa depan Negeri Bertuah ada di pundak kita semua. Saatnya mengadu strategi dan gagasan demi kemajuan, bukan menghancurkan melalui pembusukan.
Mari jadikan Pilkada Langkat 2024 sebagai momentum untuk menunjukkan bahwa kita, masyarakat Langkat, mampu berdemokrasi secara santun dan bermartabat.
Penulis: Mhd Zaid P. Lubis, ST
Ketua DPD AMPI Kabupaten Langkat