INDONESIA, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki garis pantai lebih dari 95.000 kilometer dan ekosistem mangrove terluas di dunia, mencapai 3,63 juta hektare (20% mangrove global). Papua, Sumatera, dan Kalimantan adalah wilayah dengan luas mangrove terbesar, sementara Bali hanya memiliki 1.894 hektare. Namun, meskipun memiliki potensi yang luar biasa, kerusakan mangrove di pesisir menyebabkan ancaman serius seperti abrasi, banjir rob, kerusakan habitat laut, dan dampak perubahan iklim. Mangrove, sebagai hutan bakau pantai, adalah solusi alami untuk mengatasi masalah ini.
Mengapa mangrove begitu penting?
Mangrove adalah pelindung alami yang sering dianggap remeh. Dengan akar-akarnya yang menjalar seperti jaring kuat, mangrove melindungi garis pantai dari erosi, menyerap gelombang besar, dan bahkan membantu menyerap karbon dari atmosfer. Di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, abrasi meluas di Pantai Yalo dan Batu Kalang Tarusan dengan total kerusakan lebih dari 4 kilometer. Abrasi ini tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga infrastruktur wisata dan pemukiman warga. Kasus tersebut menggambarkan bahwa mangrove tidak hanya tumbuhan, tetapi juga ekosistem vital yang menyokong kehidupan pesisir.
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mangrove_Ecopark.jpg
Dari Sains ke Aksi Nyata
Mangrove bukan sekadar pohon yang menghijaukan pesisir, tetapi juga laboratorium alam yang mendukung ketahanan ekosistem. Dari perspektif biologi, mangrove menyediakan habitat penting bagi berbagai organisme seperti ikan, udang, dan burung. Akar mangrove menciptakan perlindungan, mendukung rantai makanan, serta menjaga keseimbangan ekologi. Mikroorganisme di dalam tanah juga berperan dalam dekomposisi bahan organik yang memperkuat struktur tanah dan mencegah erosi pantai. Dari sisi kimia, mangrove berfungsi sebagai penyerap karbon alami melalui proses carbon sequestration, yaitu menyimpan karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer untuk mengurangi gas rumah kaca. Kemampuannya menyerap karbon 3-5 kali lebih banyak dibandingkan hutan daratan menjadikannya efektif dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Secara fisika, akar mangrove yang rapat mampu meredam energi gelombang laut hingga 60-80%, tergantung kepadatan vegetasinya. Fungsi ini melindungi pantai dari abrasi, mengurangi risiko bencana, dan menjaga kawasan pemukiman. Dengan melindungi mangrove, kita turut menjaga benteng kehidupan pesisir yang vital bagi keberlanjutan lingkungan.
Dengan menghubungkan teori sains dengan aksi nyata, kita menciptakan solusi yang bukan hanya efektif, tetapi juga berkelanjutan. Menjaga dan merestorasi mangrove tidak bisa hanya mengandalkan teori. Diperlukan aksi nyata, seperti program restorasi mangrove di kawasan yang rusak, edukasi masyarakat pesisir untuk menjaga ekosistem, dan kerja sama lintas sektor antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat lokal. “Mangrove bukan hanya tentang pohon di tepi pantai; mereka adalah penjaga kehidupan, pelindung garis pantai, dan warisan untuk anak-cucu kita. Menjaga mangrove berarti menjaga keseimbangan alam, melindungi rumah kita dari bencana, dan memastikan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Jika alam memberikan perlindungan tanpa meminta balasan, bukankah kita juga seharusnya melindunginya dengan kesadaran dan tindakan nyata?”
Referensi
Alongi, D. M. (2002). Present state and future of the world’s mangrove forests. Environmental Conservation, 29(3), 331-349.
Bhaduri, D., Sihi, D., Bhowmik, A., Verma, B. C., Munda, S., & Dari, B. (2022). A review on effective soil health bio-indicators for ecosystem restoration and sustainability. Frontiers in Microbiology, 13, 938481.
Donato, D. C., et al. (2011). Mangroves among the most carbon-rich forests in the tropics. Nature Geoscience, 4(5), 293-297.
Mazda, Y., Magi, M., Kogo, M., & Hong, P. N. (1997). Mangroves as a coastal protection from waves in the Tong King delta, Vietnam. Mangroves and Salt Marshes, 1, 127-135.
(Penulis: Dwi Retno Sari dan Prof. Dr. Sarwanto, S.Pd., M.Si S3 Pendidikan IPA UNS)