INformasinasional.com-PEMALANG. Di usianya yang sudah senja, Parikhin (85), seorang penarik becak di Pemalang, tetap berjuang mencari nafkah di bawah terik matahari. Meski menjalani pekerjaan berat, ia tak pernah meninggalkan ibadah puasa di bulan Ramadan. Semangat dan keteguhan hati kakek delapan anak dan belasan cucu ini menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Ditemui di halte Jalan Gatot Subroto, Pemalang Kota, Kamis (20/3), Parikhin menuturkan bahwa ia selalu berpuasa setiap Ramadan meskipun harus mengayuh becak seharian.
“Berpuasa itu urusan hati. Kalau sudah niat, kesulitan apa pun tidak bisa menghalangi,” ujar Parikhin dengan senyum tulus.
[irp posts=”38693″ ]
Sejak tahun 1960-an, jauh sebelum peristiwa G30S PKI, Parikhin sudah mengayuh becaknya di jalanan. Hingga kini, ia masih setia dengan pekerjaannya meskipun kondisi fisiknya semakin menua. Derit pedal becaknya yang kian terdengar jelas seolah menjadi saksi ketangguhan hidupnya.
Pendapatan Parikhin tak menentu, berkisar antara Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per hari, bahkan tak jarang ia pulang tanpa membawa uang karena sepinya penumpang. Namun, ia tetap bersyukur dan menerima rezeki dengan lapang dada.
“Kalau buka puasa, ya seadanya. Minum teh panas sudah cukup. Kadang anak-anak mengirim makanan, kalau tidak ada, saya beli di warung,” katanya.
Bagi Parikhin, puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi tentang keteguhan niat dan keikhlasan menjalani hidup. Kisahnya menjadi cerminan keteguhan iman di tengah kerasnya perjuangan mencari nafkah.
Reporter: Ragil Surono