INformasinasional.com, LANGKAT – Sungai Batang Serangan, yang dulu menjadi denyut nadi kehidupan ribuan warga di Langkat, kini perlahan berubah menjadi aliran racun. Airnya keruh kehitaman, bau menyengat menusuk, dan kehidupan biota air nyaris punah. Semua ini diduga akibat ulah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang membuang limbah cair langsung ke sungai tanpa pengolahan memadai.
Namun yang lebih mencengangkan—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Langkat justru memilih bungkam. Tak ada pernyataan resmi, apalagi tindakan tegas. Seolah kasus ini hanyalah riak kecil yang tak pantas diprioritaskan, padahal dampaknya menghancurkan ekosistem dan mata pencaharian warga.
Min (35), warga Padang Tualang, sudah muak dengan kondisi ini. “Hitamnya air sungai ini bukan sekali dua kali, bang. Sudah puluhan kali. Saya sudah lapor ke kepala desa, ada tanggapan, tapi sampai sekarang belum ada hasilnya,” ujarnya dengan nada geram.
Keluhan ini bukan isapan jempol. Kepala Desa Besilam, Zainuddin S.Pd, membenarkan adanya dugaan kuat banyak PKS membuang limbah ke Sungai Batang Serangan. “Tapi siapa saja pelakunya? Susah dibuktikan. PKS ini seperti milik makhluk gaib—tak tersentuh hukum. Atau mungkin warga dianggap tak ada,” sindirnya.
Lambannya respon DLH memantik amarah organisasi kepemudaan. Ketua Rayon AMPI Kecamatan, M. Yuda, menilai instansi terkait dan aparat penegak hukum bergerak seperti kura-kura di atas lumpur.
“Kami kecewa berat. DLH Langkat seperti menutup mata, penegak hukum pun tak ada gebrakan. Kami akan turun ke jalan dalam waktu dekat. Tujuannya jelas: Mapolres Langkat dan kantor DLH,” tegas Yuda.
Rencana ini sudah mendapat restu DPD AMPI Langkat. Setiap rayon diinstruksikan menurunkan minimal 50 kader AMPI plus 50 warga untuk memadati aksi protes.
Pantauan kru di lapangan, hingga berita ini dipublikasikan, Kepala DLH Langkat, Armain, belum menunjukkan langkah penindakan. Pertanyaannya: apakah DLH menunggu massa turun baru bergerak, atau justru sengaja menunggu momen untuk tampil sebagai “pahlawan” di depan kamera?
Jika kebisuan ini terus berlanjut, Sungai Batang Serangan terancam menjadi kubangan limbah permanen. Warga kehilangan sumber air bersih, nelayan kehilangan mata pencaharian, dan generasi mendatang mewarisi racun.
DLH mungkin bisa diam, tapi suara warga tak akan pernah padam. Dan kali ini, arus kemarahan siap meluap ke jalanan.
(Zaid Pauliza Lubis)