INformasinasional.com, DELI SERDANG – Desa Tandam Hilir I, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, mendadak bergejolak pada Rabu (27/8/2025). Jalan Bahagia Nomor 6, lokasi Kantor Kepala Desa Tandam Hilir I, berubah menjadi arena perlawanan rakyat.
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Mahasiswa Sumatera Utara (FSM-SU) bersama sekitar 50 warga setempat menggelar aksi unjuk rasa damai yang penuh dengan teriakan, orasi, dan amarah terhadap sosok Kepala Desa yang mereka tuding “koruptif dan perusak kepercayaan rakyat”.
Dengan semangat menggelegar, Nazua Riandi bertindak sebagai koordinator lapangan. Sementara itu, orasi penuh api disuarakan Muhammad Aldo Tarigan yang berkali-kali menggaungkan kalimat lantang:
“Usut tuntas Kades Tandam Hilir I yang koruptif! Tangkap dan berhentikan sekarang juga!” Teriaknya.
Aksi dimulai sekitar pukul 13.15 WIB. Mahasiswa yang datang dengan kendaraan roda dua membawa pengeras suara langsung mendobrak keheningan desa. Mereka berbaris di depan Kantor Kepala Desa, mengibarkan spanduk tuntutan, dan meminta agar sang Kades segera keluar menemui massa.
“Jangan sembunyi di balik meja kekuasaan! Kalau tidak salah, hadapilah kami di sini!” seru Aldo, membuat warga yang ikut bergabung bersorak penuh semangat.
Suasana makin panas ketika massa menuding Kepala Desa telah menyelewengkan anggaran desa dan merugikan negara. Tuduhan itu bukan main-main: mahasiswa dan warga berulang kali menekankan bahwa mereka telah melihat bukti ketidakberesan yang merugikan masyarakat kecil.
Sekitar pukul 13.35 WIB, Sekdes Jefriansyah akhirnya keluar menemui massa. Dengan wajah tegang, ia berusaha menjelaskan bahwa Kepala Desa tidak berada ditempat karena sedang menghadiri rapat di Pemkab Deli Serdang bersama Dinas PMD.
Namun jawaban itu justru menyulut amarah. “Jangan alasan! Kalau dia benar, seharusnya berani hadir dihadapan rakyatnya!” pekik seorang warga.
Negosiasi singkat berakhir buntu. Massa menolak pulang tanpa kepastian. Mereka menegaskan bahwa aksi ini bukan akhir, melainkan awal dari gerakan yang lebih besar.
“Hari ini kami datang 60 orang, besok bisa 600 kalau Bupati tak berani bertindak!” ancam Nazua Riandi dari atas pengeras suara.
Sekitar pukul 14.00 WIB, situasi memanas. Sejumlah mahasiswa menyiapkan ban bekas untuk dibakar sebagai simbol perlawanan terhadap kepemimpinan yang mereka anggap busuk.
“Api perlawanan rakyat tidak akan padam sampai Kades Tandam Hilir I lengser!” teriak Aldo sambil mengangkat tinjunya ke udara.
Namun, aksi pembakaran itu berhasil dicegah aparat kepolisian. 50 personel Polres Binjai dan 10 personel Polsek Binjai dibantu Babinsa Tandam Hilir, Intel Kodim Medan Kota, dan aparat kecamatan sigap mengamankan lokasi. Polisi memberi pandangan agar aksi tetap berjalan damai, dan mahasiswa akhirnya mengurungkan niat membakar ban.
Walau begitu, orasi semakin membahana. Kali ini warga ikut bersuara lantang. “Kami muak! Demi kebaikan desa, berhentikan segera Kades Tandam Hilir I!” teriak seorang ibu rumah tangga yang ikut aksi, disambut tepuk tangan warga lainnya.
Pukul 15.00 WIB, aksi ditutup dengan kondisi aman dan tertib. Namun, pesan yang ditinggalkan sangat jelas: masyarakat menolak dipimpin oleh seorang kepala desa yang dianggap hanya merugikan negara dan rakyat kecil.
FSM-SU menegaskan, jika tuntutan tak dipenuhi, gelombang massa berikutnya akan lebih besar, lebih bising, dan lebih sulit dibendung.
“Ini baru permulaan. Kalau Bupati Deli Serdang dan Dinas PMD tak segera memberhentikan Kades Tandam Hilir I, kami akan datang kembali dengan kekuatan penuh. Jangan salahkan rakyat kalau desa ini bergolak lebih besar!” tegas Nazua di akhir orasi.
Kini bola panas berada di tangan Bupati Deli Serdang. Publik menanti: apakah pemerintah kabupaten akan segera mencopot Kepala Desa Tandam Hilir I yang dituding koruptif, atau justru memilih diam dan menutup mata?
Satu hal pasti, suara mahasiswa dan warga sudah bergema: “Tangkap Kades Koruptif! Hentikan kepemimpinan yang merugikan rakyat!”(Misno)
Discussion about this post