LANGKIT Stabat mendung pada Kamis siang, 11 September 2025. Namun awan paling gelap justru menyelimuti Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat. Sederet aparat Kejaksaan Negeri Stabat datang beriringan, menenteng tas hitam, mengenakan rompi bertuliskan “Kejari Stabat.” Mereka tak sekadar tamu, melainkan algojo hukum yang siap menyingkap tabir busuk dibalik gedung megah itu.
Penggeledahan berlangsung disejumlah ruangan penting. Lemari arsip dibongkar, berkas-berkas disita, komputer diperiksa. Semua terkait proyek Smart Board, papan digital yang semestinya menjadi simbol modernisasi sekolah. Namun ditangan para oknum, teknologi canggih itu justru menjelma mesin penghisap anggaran.
Investigasi awal mengungkap pola klasik, penggelembungan harga, vendor siluman, dan permainan tender. Smart Board yang dipasaran hanya puluhan juta rupiah, diduga ditagihkan berlipat ganda. Sekolah-sekolah pun banyak yang mengaku hanya melihat barang itu sekali saat peresmian, lalu menghilang entah kemana.
“Seperti proyek-proyek sebelumnya, teknologi hanya jadi kedok. Yang utama tetap isi kantong pejabat,”
Tak berlebihan bila publik menyebut Dinas Pendidikan Langkat sebagai dinas “berhantu.” Hampir semua kepala dinas dalam dua dekade terakhir tersangkut kasus hukum. Dana BOS, proyek buku, hingga pembangunan sekolah, semua pernah jadi bancakan. Kini giliran Smart Board.
Padahal, Dinas Pendidikan adalah pemegang anggaran terbesar di APBD Langkat. Ratusan miliar rupiah digelontorkan tiap tahun, dengan jumlah pegawai terbanyak dibanding dinas lain. Namun, dinas yang mestinya mencetak generasi emas justru jadi ladang basah bagi predator anggaran.
Bang Ondim Didesak Memutus Kutukan
Bupati Langkat, H. Syah Afandin SH, alias Bang Ondim, kini berada dipersimpangan jalan. Publik menagih janjinya: membersihkan dunia pendidikan dari cengkeraman mafia proyek.
Komitmen tak cukup hanya dengan pidato. Dibutuhkan langkah radikal, perombakan total pejabat Dinas Pendidikan. Bila perlu, cabut dari akarnya. Ganti dengan figur bersih, berintegritas, dan berani melawan tekanan politik. “Jangan hanya ganti nama, tapi tetap pola lama. Itu bukan reformasi, itu kamuflase,”
Masyarakat Muak, Guru Tertindas
Dibalik gegap gempita proyek, para guru hidup dalam tekanan. Dana BOS kerap dipotong, fasilitas seadanya, bahkan sering dipaksa menutup kekurangan biaya dengan kocek pribadi. Alih-alih mendidik dengan tenang, mereka justru jadi korban sistem yang bobrok.
“Sekolah dapat Smart Board, tapi kapur tulis pun beli sendiri,” sindir seorang kepala sekolah dasar di Pangkalan Susu.
Rasa muak pun menumpuk. Suara rakyat kian lantang: “Pak Bupati, jangan gentar! Bersihkan Dinas Pendidikan. Kalau ada yang menghalangi, rakyat siap turun ke jalan.”
Dunia pendidikan adalah roh kemerdekaan bangsa. Namun di Langkat, roh itu berkali-kali dinistakan. Pertanyaannya kini: apakah skandal Smart Board akan menjadi lembaran hitam berikutnya dalam sejarah panjang korupsi pendidikan, atau titik balik keberanian seorang bupati memutus rantai kutukan?
Semua tergantung pada langkah Bang Ondim. Bila ia tegas, ia akan dikenang sebagai pemimpin yang menyelamatkan generasi Langkat dari jeratan mafia anggaran. Bila ragu, ia hanya akan tercatat sebagai nama baru dalam daftar panjang pembiaran.
Masyarakat Langkat tak butuh papan digital mewah. Mereka butuh sekolah yang jujur, guru yang tenang, dan anak-anak yang belajar tanpa beban. Mereka rindu pendidikan yang murni, bukan pendidikan yang berdarah karena dijadikan mesin korupsi.
Skandal Smart Board ini hanyalah pintu masuk. Bola salju sedang menggelinding. Pertanyaannya, siapa saja yang akan tertimbun di bawahnya?
Secara khusus, masyarakat sangat berharap dan mendukung Bang Ondim dalam bersikap demi arah terbaik untuk dunia pendidikan di Langkat, dan harus didukung kalangan anggota DPRD Langkat sebagai pembuat aturan dan melaksanakan fungsi pengawasan dan anggaran.
Publik Langkat akan siap turun kejalan bila ada oknum oknum yang membatasi kebijakan Bupati Langkat yang konsen ingin membenahi Pendidikan Langkat. Bupati tidak sendiri, Bupati jangan gentar. Rakyat Langkat siap berada didepan dengan semua elemennya bila memang Bapak Bupati membutuhkan dalam mendukung komitmen Bupati dalam memajukan dunia pendidikan Langkat, mutu pendidikan Langkat kembali jaya sebagaimana konsef awal cita cita kemerdekaan negara kita.
Masyarakat Langkat rindu dengan tontonan menyejukan tentang pendidikan. Masyarakat Langkat rindu kiprah para pendidik yang nyaman tanpa tekanan beban dengan pernak pernik yang mau tidak mau harus mengorek kocek pribadi.
(Penulis: Ketua DPD AMPI Langkat)
