INformasinasional.com, LANGKAT – Dari balik ruang kerjanya yang sederhana di Stabat, Bupati Langkat H Syah Afandin SH menunjukkan sikap sigap. Hanya hitungan jam setelah keluhan masyarakat Bahorok sampai ke telinganya, instruksi tegas langsung meluncur. Camat Bahorok dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) diperintahkan turun tangan, memastikan denyut nadi perhubungan antar desa tidak terhenti.
Keluhan warga bukan tanpa alasan. Jembatan penghubung Desa Kuta Gajah, Ujung Bandar, hingga Batu Jonjong kini berdiri rapuh, dengan lantai kayu lapuk yang setiap hari dipaksa menahan roda sepeda motor, langkah pelajar, serta pikulan pedagang. Ia bukan sekadar potongan papan yang dibentang diatas sungai, melainkan urat nadi yang menghubungkan Bahorok dengan Kutambaru, menyatukan ekonomi, pendidikan, dan mobilitas warganya.
“Jembatan ini sangat vital. Saya minta Camat segera menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Pemerintah daerah hadir memberi solusi cepat, sekaligus menyiapkan pembangunan permanen. Pembangunan ini sudah masuk dalam perencanaan RAPBD 2026,” tegas Afandin, Selasa (9/9/2025).
Sebelumnya, warga Ujung Bandar tak tinggal diam. Dengan modal gotong royong, mereka mengganti sebagian lantai kayu jembatan agar tetap bisa dilalui. Namun perbaikan darurat itu hanya menambal sementara. Jembatan tetap rapuh, jauh dari standar keselamatan.
Kepala Dinas PUTR Langkat, Khairul Azmi SSTP, menyambut cepat instruksi Bupati. “Pembangunan jembatan Bahorok–Kutambaru sudah menjadi prioritas. Kami menargetkan desain rampung lebih awal agar pelaksanaan bisa dimulai sesuai tahapan. Ini komitmen pemerintah menghadirkan infrastruktur yang aman dan berkelanjutan,” kata Azmi.
Bagi warga, instruksi cepat itu ibarat angin segar. Mereka tak lagi merasa ditinggalkan dibalik jembatan reyot. Jika janji ini terealisasi, akses antar-desa akan terbuka lebar, ekonomi pedesaan menggeliat, anak-anak berangkat sekolah dengan aman, dan pedagang membawa hasil bumi tanpa dihantui rasa waswas.
Langkah cepat Syah Afandin bukan sekadar respon administratif. Ia adalah pesan politik yang kuat, negara hadir dititik paling rawan kehidupan warganya, bahkan diatas selembar papan jembatan yang hampir runtuh.(Misno)