INformasinasional.com, LANGKAT – Situasi di Desa Bubun, kecamatan Tanjung Pura, kabupaten Langkat, pada 11 September 2025 lagi tak nyaman. Pasalnya, Kepala Desa Bubun, Mirwan PA, baru saja diterpa badai tuduhan proyek fiktif, penyelewengan anggaran, dan pembangunan yang dianggap penuh rekayasa.
Isu itu bukan beredar pelan-pelan. Seperti bola salju, ia meluncur deras dari jagat media sosial, TikTok, Facebook, hingga YouTube, menciptakan gema yang memekakkan telinga. “Kades Bubun fiktifkan proyek,” begitu narasi yang berseliweran. Publik teraduk. Warga terbelah.
“Mana mungkin saya fiktifkan bangunan itu. Semua pembangunan sudah sesuai APBDes dan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014. Saya bekerja berdasarkan aturan, bukan asal-asalan,” kata Mirwan kepada INformasinasional.com, dengan suara meninggi menahan emosi, Kamis (11/9/2025) malam.

Tuduhan Tanpa Data
Bagi Mirwan, tuduhan itu bukan sekadar gosip. Ia melihat ada pola framing yang sengaja dihembuskan tanpa data. “Media sosial seharusnya bijak. Berita itu mesti berimbang, harus ada konfirmasi. Jangan hanya menggoreng isu lalu membiarkan publik percaya begitu saja,” katanya.
Namun, suara akal sehat seringkali kalah cepat dari derasnya arus viral. Narasi dilayar ponsel kerap lebih dipercaya ketimbang fakta dilapangan. Diwarung kopi, di rumah warga, bahkan di grup WhatsApp, nama Mirwan jadi bahan gunjingan.
“Saya hampir termakan berita itu,” aku Ayung, salah seorang warga. Ia mengaku sempat terprovokasi, ikut menuding kepala desanya sendiri. Kini, dengan wajah penuh penyesalan, ia berkata lirih: “Saya minta maaf sama Pak Kades. Rupanya apa yang saya sangka tidak benar.” kata Ayung.
Tuduhan yang telanjur viral telah membuka luka sosial. Jumino, Ketua Korps Bela Negara Indonesia (KBNI) Kabupaten Langkat, menilai fenomena ini berbahaya.
“Berita-berita semacam itu dampaknya negatif. Bisa memicu konflik berkepanjangan. Warga jadi saling curiga, kepala desa dianggap bermasalah, padahal faktanya tidak demikian,” kata Jumino.
Ia menyesalkan sikap sebagian warga yang buru-buru percaya pada media sosial tanpa tabayyun. “Masyarakat seharusnya agresif mencari kebenaran. Jangan gampang terbakar oleh narasi yang belum jelas,” tegasnya.
Mirwan bukan nama baru diarena kepemimpinan lokal. Sejak menjabat, ia tak hanya membangun infrastruktur desa, tetapi juga membuka jalan bagi ekonomi warganya.
Melalui kerjasama dengan PT Energi Mega Persada Gebang Limited dibawah Proyek Strategis Nasional (PSN) SKK Migas, Mirwan mendorong tenaga kerja lokal untuk ikut serta.
“Sejak 2019, warga desa Bubun dilibatkan. Tahun 2022 saja, PT GSI, vendor PT EMP, merekrut antara 400 sampai 900 pekerja lokal. Itu nyata, bukan fiktif,” ujar Jumino, menyodorkan data.
Bagi banyak warga, keberpihakan Mirwan ini jadi bukti nyata kepemimpinan. Ia tak sekadar membangun jalan atau kantor desa, tapi juga membangun perut warganya hingga memberi ruang kerja, memberi harapan.
Meski bantahan sudah ditegaskan, isu proyek fiktif terlanjur menyebar bagai virus. Pertanyaan yang lebih besar pun menyeruak, siapa yang bermain di balik narasi ini? Apakah hanya kebablasan media sosial, atau ada kepentingan politik yang sengaja meniupkan bara?
Mirwan memilih tetap tenang. “Biarlah waktu yang membuktikan. Fakta di lapangan tidak bisa dipalsukan,” ujarnya. Namun ia sadar, diera digital, reputasi bisa runtuh hanya dengan satu unggahan.
Kini, Desa Bubun seakan berada di persimpangan. Antara percaya pada gosip medsos yang gaduh, atau menimbang fakta pembangunan yang terukur. Satu hal yang pasti, badai fitnah ini telah menguji bukan hanya Mirwan sebagai kepala desa, tetapi juga daya kritis warga Bubun dalam menghadapi era informasi yang kian bising.
Reporter: Ramlan