INformasinasional.com, LANGKAT – Gelombang aksi demonstrasi di Kabupaten Langkat terus menggema. Dari mahasiswa, kelompok pemuda, hingga organisasi masyarakat, jalanan Stabat dan sekitarnya berulang kali dipenuhi pekikan tuntutan. Mereka menyorot pemerintah yang dianggap semakin jauh dari amanah konstitusi: berpihak pada rakyat, melindungi hak normatif, dan menghadirkan keadilan.
Namun di balik hiruk-pikuk spanduk dan pengeras suara, terselip sebuah ironi: peredaran narkoba justru diduga menjadikan gejolak aksi sebagai “tirai pengalih perhatian”.
Tokoh pemuda Langkat, Syahminan, mengendus indikasi itu. “Demo mahasiswa dan masyarakat kita apresiasi. Tapi jangan lupa, bandar narkoba selalu mencari cara menunggangi situasi. Saat aparat fokus di lapangan menjaga aksi, bisa saja mereka bergerak leluasa,” ujarnya lantang di Stabat, Selasa, 16 September 2025.
Syahminan menegaskan, aksi demo memang bagian dari demokrasi. Tetapi ia mengingatkan agar kordinator lapangan tidak lengah. “Kalau aspirasi rakyat dijadikan azas manfaat oleh para pengedar narkoba, itu pengkhianatan. Aspirasi mulia bisa berubah jadi bencana sosial baru,” katanya.
Isu Pengalihan, Narkoba Cari Panggung
Fenomena pengalihan isu ini bukan barang baru. Para bandar narkoba kerap menunggu momentum: saat aparat terpecah konsentrasinya, mereka meloloskan distribusi. Jaringan narkoba dikenal oportunis—bergerak cepat, licin, dan selalu mencari ruang kosong.
“Jangan remehkan. Setiap celah bisa jadi peluang emas bagi pengedar. Dan demonstrasi yang berjilid-jilid seperti ini, jelas rawan dimanfaatkan,” tegas Syahminan.
Kapolres Langkat melalui Kasat Narkoba, AKP Rudy Syahputra, tidak menampik potensi itu. Ia bahkan mengaku sudah memprediksi kemungkinan penunggangan situasi sejak awal. “Para pelaku narkoba itu gesit. Mereka selalu mengintip kesempatan. Tapi kami pastikan, Satnarkoba Polres Langkat tidak akan mengendur sedikitpun,” katanya.
Rudy menyebut, sejauh ini aksi-aksi berlangsung kondusif. Namun, aparat tetap menaruh atensi ganda: mengawal aspirasi rakyat sekaligus menggempur peredaran narkoba. “Perang terhadap narkoba tidak boleh berhenti, dalam kondisi apa pun. Itu komitmen kami,” ujarnya tegas.
Langkat bukan wilayah asing dalam peta peredaran narkoba. Letaknya yang berbatasan langsung dengan jalur pesisir dan hutan lebat menjadikan daerah ini kerap disebut sebagai “gerbang transit narkoba” dari jalur Aceh menuju Sumatera Utara.
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut, jaringan narkoba internasional kerap menjadikan pesisir Sumatera Utara sebagai pintu masuk sabu dan ganja. Langkat, dengan posisi geografisnya, menjadi titik persinggahan strategis.
Kondisi ini membuat peringatan Syahminan terasa relevan. Gelombang demo yang menguras energi aparat bisa menjadi momentum manis bagi jaringan narkoba. Aspirasi rakyat berpotensi dipelintir menjadi panggung emas para bandar.
Disatu sisi, aksi demonstrasi adalah suara nurani. Di sisi lain, narkoba adalah musuh yang senyap tapi mematikan. Persilangan keduanya menghadirkan dilema: apakah energi aparat lebih fokus menjaga kerumunan, atau menyisir lorong-lorong gelap di mana narkoba beredar?
“Yang jelas, jangan sampai semangat rakyat mencari keadilan justru membuka ruang bagi kejahatan narkoba untuk bernapas lega,” tutup Syahminan.
Langkat bergemuruh oleh orasi. Tapi di bawah riuh itu, ada peringatan yang tak kalah keras: jangan biarkan narkoba menjelma bayangan di balik spanduk aspirasi.
(M Zaid Lubis)
