INformasinasional.com, Langkat – Jalan tol Stabat–Tanjung Pura digadang-gadang sebagai jalur emas yang bakal mendongkrak ekonomi lokal. Namun, di Rest Area Kilometer 41, janji itu justru berubah jadi mimpi buruk. Para pedagang kecil, yang semula digadang sebagai wajah UMKM daerah, kini merintih terhimpit sepi pembeli dan biaya sewa yang mencekik.
Dari 17 tenant UMKM yang sempat buka, kini tinggal 16 yang bertahan dengan omzet terus merosot. “Kami rugi setiap hari. Rest area ini ramai kendaraan, tapi tidak ramai pembeli. Kalau tak ada relaksasi sewa, kami bisa gulung tikar,” ujar Muhammad Saddat Almuzart, Ketua Forum Pedagang Rest Area (Forpera), dalam rapat dengar pendapat dengan DPRD Langkat, Rabu (17/9/2025).
Saddat menuding PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) terlalu kaku dalam mengelola tenant. Para pedagang mendesak perpanjangan masa uji coba gratis sekaligus subsidi. “Kalau hanya dipajang sebagai ikon UMKM tanpa ada solusi, itu sama saja menjerumuskan kami,” tambahnya.
Namun, perwakilan PT HKI, Sutrisno, memilih berkelit. Ia menyebut keputusan ada dikantor pusat. “Kami hanya dilevel regional. Perlu rekomendasi resmi DPRD jika ingin ditindaklanjuti,” katanya.
Kalimat itu terdengar seperti tameng birokrasi, sementara pedagang terus berdarah-darah.
Komisi III DPRD Langkat pun ikut geram. Sekretaris Komisi, Rahmad Rinaldi, menegaskan aspirasi pedagang bukan sekadar keluhan, tapi alarm bahaya. “UMKM itu tulang punggung ekonomi rakyat. Kalau rest area yang katanya pro-UMKM justru jadi kuburan usaha kecil, maka ada yang salah dengan sistem ini,” kata Rinaldi.
Kini, sorotan publik tertuju pada PT Hutama Karya: apakah berani berpihak pada UMKM lokal, atau justru membiarkan rest area jadi monumen sepi penuh lapak mati? Waktu terus berjalan, etalase kian kosong, dan para pedagang menunggu, antara harapan dan kebangkrutan.(Misno)