INformasinasional.com, LANGKAT – Pangkalan Berandan kembali diguncang kabar mencekam. Seekor monyet liar ekor panjang yang selama berbulan-bulan meneror warga kini menelan korban serius. Seorang pelajar SMP, Muhammad Farel (16), harus merintih pedih diujung bahaya setelah lehernya digigit binatang ganas itu. Kondisinya kritis, hingga terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.
Ironisnya, Farel bukan sekadar anak biasa. Ia yatim piatu, sebuah kenyataan getir yang menambah luka ditubuh, jiwa, dan rasa kemanusiaan warga Langkat. Wajah remaja itu kini terbaring di ruang perawatan intensif, sementara keresahan masyarakat kian menggunung.
Peristiwa ini bukan kali pertama. Dalam beberapa bulan terakhir, monyet ekor panjang itu tercatat berkali-kali menyerang warga. Dari anak-anak hingga orang dewasa, semuanya pernah merasakan ancaman. Namun, sampai hari ini, hewan buas itu masih bebas berkeliaran, seakan menjadi penguasa jalanan di Pangkalan Berandan.
Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bersama warga telah berulang kali mencoba menangkapnya. Jaring dipasang, upaya penghalauan dilakukan. Namun hasilnya nihil. Monyet itu seolah licin bagai hantu yang tak tersentuh. Sementara warga dipaksa hidup dalam ketakutan yang tak kunjung reda.
Sorotan tajam datang dari Ketua DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kabupaten Langkat, Bung Lubis. Ia mengecam lambannya penanganan dan menegaskan tragedi ini sudah melewati batas toleransi.
“Ini bukan sekadar insiden biasa. Ini tragedi kemanusiaan yang sudah berulang kali terjadi. Sampai kapan warga dibiarkan jadi mangsa monyet ganas ini?” tegas Bung Lubis di Stabat, Senin (29/9/2025).
Lubis menegaskan, rasa aman warga adalah hak mendasar yang tak boleh ditawar. Ia meminta BKSDA bersama pemerintah daerah segera menuntaskan persoalan ini sebelum ada korban jiwa berikutnya.
Bayangan monyet ekor panjang itu kini menjelma momok. Orangtua takut melepas anaknya bermain di luar. Warga terpaksa waspada setiap melangkah keluar rumah. Situasi ini bagai bom waktu, jika tidak segera ditangani, amarah publik bisa saja meledak.
“Sudah cukup! Jangan tunggu ada korban meninggal. Farel saja kini kritis. Kalau aparat lamban, masyarakat bisa kehilangan kesabaran,” kata seorang warga dengan nada getir.
Ditengah kepanikan itu, Bung Lubis berencana menjenguk Farel dirumah sakit. Ia menegaskan kehadiran AMPI Langkat bukan hanya bentuk solidaritas, tetapi juga alarm bagi pihak berwenang bahwa tragedi ini tidak boleh disepelekan.
“Kondisi Farel menyayat hati. Apalagi dia yatim piatu. Kita semua harus tergugah. Jangan sampai ada air mata berikutnya hanya karena kelalaian dalam mengatasi seekor monyet liar,” ujarnya.
Kini, seluruh mata tertuju pada langkah BKSDA. Apakah mereka mampu menuntaskan teror ini, atau justru membiarkan monyet ekor panjang itu terus jadi legenda kelam Pangkalan Berandan, binatang tunggal yang mampu membuat satu kota hidup dalam ketakutan.*(Red)
Discussion about this post