INFORMASINASIONAL.COM, NIASSELATAN – Musibah kebakaran yang melumat habis rumah Kepala Desa Balohao, Kecamatan Aramo, Kabupaten Nias Selatan, pada Selasa dini hari, 16 September 2025, ternyata berbuntut panjang. Belum kering abu yang menyisakan hanya baju dibadan, muncul kabar liar dimedia sosial yang menyulut bara fitnah: tudingan pembakaran rumah Kades.
Adalah Talimohau Buulolo, saksi mata sekaligus warga desa, yang kini jadi bulan-bulanan tuduhan. Nama Talimohau dicatut bersama Antonius Buulolo, adik kandung sang Kades, oleh sebuah akun Facebook bernama Berita Pelosok Terkini dan beberapa akun lain. Tuduhan itu menyebut mereka sebagai dalang pembakaran.
Tak pelak, Talimohau pun naik pitam. “Itu fitnah keji, tuduhan yang sangat tidak manusiawi. Saya saksi mata, bukan pelaku. Pada saat kebakaran, semua warga menyaksikan api menjulang tinggi. Tidak ada seorang pun yang melakukan pembakaran,” tegas Talimohau, Senin (29/9/2025).
Ia menyebut tuduhan tersebut sengaja mengadu domba keluarga. “Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, digigit anjing pula. Kami sudah kehilangan, malah dituduh macam-macam. Saya beri peringatan keras, pihak yang menyebarkan fitnah ini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya,” ujarnya dengan nada geram.
Kepala Desa Balohao, Faele Buulolo, justru menepis isu pembakaran. Saat dikonfirmasi, ia menegaskan rumahnya hangus murni karena musibah, tanpa indikasi kesengajaan. “Tidak ada bukti. Itu murni kebakaran. Jangan ada yang berspekulasi apalagi menuduh keluarga saya sendiri,” kata Faele.
Api yang berkobar sekitar pukul 04.00 WIB itu begitu besar hingga warga tak bisa berbuat banyak selain menonton rumah sang Kades dilalap si jago merah. Barang berharga tak ada yang terselamatkan. Kini, Faele bersama keluarga harus mengungsi ke rumah warga didekat lokasi.
Tragedi ini seolah tak berhenti pada musibah fisik, melainkan diperparah dengan musibah digital: fitnah yang menari-nari di dunia maya. “Ini bukan sekadar tuduhan. Ini racun yang bisa merusak tatanan sosial desa. Orang yang menebar fitnah di medsos harus sadar, kata-kata bisa lebih membakar daripada api,” kata seorang warga yang enggan disebut namanya.
Kasus ini menjadi tamparan keras soal betapa berbahayanya hoaks yang berseliweran di media sosial. Musibah keluarga bisa seketika berubah menjadi ajang adu domba yang menggerogoti solidaritas masyarakat.
Laporan : Mareti Tafonao
Discussion about this post