INformasinasional.com, MEDAN — Malam di Old Trafford itu seperti bangkit dari tidur panjang. Dibawah cahaya sorot yang membelah kabut tipis Manchester, stadion tua itu kembali bergetar oleh pekik kemenangan. Bukan hanya karena skor 4–2 yang menundukkan Brighton & Hove Albion, tapi karena aroma lama yang sempat hilang kini tercium lagi aroma kebangkitan, semangat, dan keyakinan.
Dan ditengah segala hiruk-pikuk itu, berdirilah satu nama yang bergema paling nyaring: Bryan Mbeumo.
Pemain berusia 26 tahun itu datang dari Brentford, tanpa gegap gempita ala superstar. Tapi malam itu, ia menjelma seperti bara merah yang menyalakan ulang mesin tua Manchester United. Dua gol satu pembuka, satu penutup menjadi simbol dari perjalanan klub yang seperti kembali menemukan jati dirinya: tajam di depan, gigih ditengah, dan hidup dimata pendukungnya.
“Saya suka tantangan,” ucap Mbeumo dengan tatapan tajam, dikutip dari Sky Sports. “Saya datang keklub besar untuk berjuang. Kami ingin berada diposisi terbaik.”
Kata-kata itu mungkin sederhana, tapi ditelinga publik Old Trafford, ia terdengar seperti deklarasi perang. Selama beberapa musim terakhir, Setan Merah sering tampil seperti kehilangan taring. Mereka berlari, tapi tanpa arah. Menang, tapi tanpa makna. Kini, dengan Mbeumo disayap, ada sesuatu yang berbeda, energi yang berdenyut, rasa lapar yang kembali terasa diudara.
Drama di Teater Impian
Laga melawan Brighton bukan tanpa tensi. United unggul tiga gol, tampak nyaman, lalu tiba-tiba goyah dimenit akhir. Dua gol balasan Brighton dalam waktu dua menit membuat jantung para pendukung memukul lebih cepat. Tapi ditengah kegelisahan itu, Mbeumo berdiri tenang lalu mencetak gol keempat dimasa tambahan waktu. Gol yang menutup mulut para peragu dan menyalakan lagi teriakan: “United! United!”
Pelatihnya, yang beberapa pekan lalu sempat diguncang kritik, kini mendapat jeda untuk bernapas. Wajahnya tampak lega dipinggir lapangan, tapi matanya masih tajam: tanda bahwa ia tahu perjalanan belum selesai. Empat besar hanyalah awal dari pendakian panjang menuju tahta yang dulu jadi hak milik mereka.
Ironisnya, Mbeumo datang dari Brentford, klub kecil yang musim lalu finis diatas United. Namun justru dari “underdog” itulah United mendapat darah baru. Cepat, efisien, dan tanpa kompromi. Ia bukan Cristiano Ronaldo, bukan Wayne Rooney. Tapi ditiap langkah dan tiap tembakan, ada aura pejuang yang sama: gigih, tanpa basa-basi.
“Kami sedikit kecewa kebobolan dua gol,” ujarnya seusai laga, masih tersenyum lelah. “Tapi yang terpenting adalah kemenangan. Kami dapatkannya, dan kami pantas untuk itu.”
Dengan hasil ini, Manchester United kini mengantongi 16 poin dari sembilan laga, bertengger diposisi empat klasemen sementara. Hanya empat poin dari Arsenal dipuncak. Namun lebih dari sekadar angka, kemenangan ini menghadirkan sesuatu yang tak terukur distatistik: kepercayaan diri.
Ditribun, ribuan suporter berdiri lama setelah peluit akhir berbunyi. Mereka tak hanya merayakan kemenangan, tapi menyambut kembalinya keyakinan. Spanduk merah berkibar, lagu-lagu lama terdengar lagi, dan sorot lampu menyinari wajah-wajah yang seakan ingin berkata: “Kita hidup lagi.”
Old Trafford, yang sempat murung beberapa musim terakhir, kini tampak tersenyum.
Dan ditengahnya, Mbeumo melangkah keluar lapangan, kepalan tangannya terangkat tinggi, matanya menatap langit malam Manchester.
Mungkin ia tak menyadari, tapi malam itu ia bukan sekadar mencetak dua gol. Ia membangunkan raksasa yang tertidur.
Setan Merah, tampaknya, benar-benar hidup lagi.(Misn’t)





Discussion about this post