INformasinasional.com, SOLO — Hening menyelimuti dinding megah Keraton Kasunanan Surakarta. Denting gamelan yang biasanya mengalun lirih disela-sela wisata kini bungkam total. Sejak wafatnya Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIII, Keraton Solo resmi menutup diri.
Pintu wisata ditutup rapat selama tujuh hari penuh. Tak ada rombongan pelancong, tak ada pemandu berbusana lurik. Hanya barisan pelayat yang mengalir pelan menuju Sasono Parasdya, tempat Sang Raja disemayamkan dengan khidmat.
“Pariwisata akan kita kaji lagi setelah tujuh hari. Mungkin nanti museum dibuka lebih dulu, belum sampai kedalam Keraton,” ujar KPH Eddy Wirabhumi, kerabat Keraton Solo, Selasa (4/11/2025).
Putri mendiang PB XIII, GKR Timoer Rumbai, membenarkan hal itu. “(Ditutup) selama seminggu, seperti halnya museum,” katanya singkat, menahan haru.
Suasana duka di Keraton tak hanya terasa dari wajah-wajah sendu para abdi dalem. Seluruh aktivitas kesenian turut berhenti. Gamelan, napas sakral Keraton, akan dibungkam selama 40 hari penuh. Tak ada tabuhan, tak ada tarian. Hanya keheningan yang berbicara.
“Kecuali latihan Bedhaya Ketawang. Tapi itu tanpa tarian. Karena tempat latihannya berdekatan dengan lokasi persemayaman PB XIII,” ujar Kanjeng Eddy.
PB XIII berpulang pada Minggu (2/11/2025), meninggalkan duka bagi rakyat Surakarta dan para pewaris budaya Jawa. Sosoknya dikenal teguh menjaga marwah adat ditengah arus modernitas. Ia akan dimakamkan di Makam Raja Imogiri, Yogyakarta, Rabu (5/11/2025).
Selama masa berkabung, Keraton Solo seolah kembali ke masa silam, saat setiap tiupan angin membawa pesan leluhur. Dindingnya menahan gema tangis, langitnya berat oleh doa. Surakarta berkabung, menundukkan kepala bagi seorang raja yang telah menutup mata dalam damai.
“Keraton ini kini tengah berduka. Tapi dari senyapnya, kita tahu, seorang raja tak pernah benar-benar pergi,” bisik seorang abdi dalem tua diserambi Sasono Parasdya.**





Discussion about this post