INformasinasional.com, Medan – Jalan MT. Haryono, Gang Buntu, Medan Timur, Kamis siang (13/11/2025), mendadak bergemuruh. Sekitar dua ratus buruh perkebunan yang tergabung dalam Pimpinan Cabang Serikat Pekerja Perkebunan dan Kehutanan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (PC SPPK–SPMI) berbaris rapi didepan gedung megah milik Asian Agri Group.
Dengan spanduk merah menyala bertuliskan “Hentikan Eksploitasi Buruh!” dan deru pengeras suara dari mobil komando, para demonstran melampiaskan kemarahan mereka atas dugaan praktik ketenagakerjaan yang dinilai menindas dan tak manusiawi.
“Cukup sudah kami diperas tenaganya, tapi hak kami diabaikan!” teriak salah satu orator dari atas mobil pikap komando bernomor polisi BK 8683 EQ.
Aksi yang dikomandoi oleh Nana Wardin itu diikuti tujuh bus rombongan buruh yang datang dari berbagai perkebunan di Labuhan Batu. Mereka menuntut perusahaan raksasa kelapa sawit tersebut untuk memperbaiki sistem kerja dan memperlakukan pekerja secara adil.
Dalam pernyataannya, massa menuntut,
- Pemisahan jelas antara pekerja pemanen buah sawit dan pengutip brondolan.
- Penghentian praktik melibatkan istri dan anak pekerja pemanen untuk meningkatkan produksi tanpa status kerja resmi.
- Kenaikan upah premi yang disesuaikan dengan ketentuan upah lembur.
- Pengangkatan pekerja pupuk dan semprot menjadi karyawan tetap (PKWTT).
- Penghapusan masa percobaan bagi PKWTT dan penyetaraan hak dengan SKU.
- Penerapan struktur skala upah sesuai SK Gubernur tentang upah minimum.
- Pencopotan KUPT Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah IV Sumut yang dianggap tutup mata terhadap pelanggaran.
Massa menuding perusahaan selama ini memperlakukan buruh seperti roda produksi, bukan manusia dengan hak dan martabat. “Kami bukan mesin sawit! Kami punya keluarga, kami butuh kepastian kerja!” pekik salah satu buruh disambut yel-yel solidaritas.
Sementara itu, aparat kepolisian tampak berjaga ketat disekitar lokasi untuk mengamankan jalannya aksi. Lalu lintas di Jalan MT. Haryono sempat tersendat karena gelombang massa dan kendaraan aksi.
Hingga sore hari, perwakilan buruh masih berupaya bertemu manajemen Asian Agri Group untuk menyampaikan langsung tuntutan mereka. Namun, pihak perusahaan belum memberikan keterangan resmi terkait demonstrasi tersebut.
Gelombang protes ini menjadi sinyal kuat bahwa bara ketidakpuasan dikalangan buruh perkebunan kian menyala. Ditengah bisnis sawit yang terus mengeruk untung, para pekerja diakar produksi justru masih berjuang menuntut satu hal yang paling dasar, keadilan dan kemanusiaan.(RMO)





Discussion about this post