INformasinasional.com*
SAWIT SEBERANG berubah menjadi panggung raksasa syiar Qur’ani. Selama lima hari, 13–17 November 2025, ribuan warga tumpah ruah menyaksikan lantunan ayat suci yang menggema dari setiap sudut kecamatan. MTQ ke-58 Kabupaten Langkat ditutup dengan gegap-gempita kemenangan dan pesan moral yang menyayat kesadaran publik.
Sejak dibuka Bupati Langkat H Syah Afandin SH, bersama Wakil Bupati Tiorita Br Surbakti SH, gelaran ini langsung memecahkan rekor, 935 peserta, 23 kecamatan, ditambah satu kafilah raksasa dari PT LNK. Total 36 cabang lomba dipentaskan, menjadikan MTQ tahun ini ibarat “maraton spiritual” terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Camat Sawit Seberang, Anoman SIP, menggambarkan wilayahnya berubah menjadi “kampung Qur’ani kilat”. Warga membuka rumah, dapur, bahkan kandang belakang demi memondokkan kafilah. “Kami bukan sekadar tuan rumah. Kami penjaga syiar,” katanya, nyaris seperti deklarasi.

Ketua LPTQ Langkat yang juga Sekda, Amril SSos MAP, menyebut MTQ tahun ini sebagai lonjakan antusiasme yang sulit dinafikan. “Ini bukti bahwa denyut Al-Qur’an masih menjadi nadi identitas masyarakat Langkat,” ujarnya.
Namun titik api acara bukan pada kemeriahan atau padatnya peserta. Sorotan justru tertuju pada pidato pembukaan Bupati Syah Afandin, pidato yang nadanya lebih mirip manifesto moral ketimbang sambutan seremonial.
“MTQ bukan arena berburu gelar,” serunya. “Ini soal menjaga agar cahaya Al-Qur’an tidak padam ditengah hiruk-pikuk zaman.” Diantara sorot lampu dan spanduk raksasa, pesan itu terasa seperti peringatan keras sekaligus ajakan perubahan. Gerakan “Langkat Qur’ani” harus hidup, bukan menjadi slogan hambar.

Malam penutupan berlangsung panas. Sorak kemenangan memuncak saat Dewan Hakim membacakan hasil akhir. PT LNK tampil sebagai Juara Umum dengan nilai telak 394, dominan dan nyaris tak terkejar. Sawit Seberang, tuan rumah yang tampil gagah, meraih 204 poin disusul Wampu dengan 133 poin. Sawit Seberang juga menyabet Juara Pawai Ta’aruf, mematri prestasi ganda ditanahnya sendiri.
Wakil Bupati Tiorita menutup acara dengan pesan yang tak kalah menohok: “Ayat yang dilantunkan para qari bukan untuk ditinggalkan dipanggung.” Sebuah tamparan halus bagi budaya seremoni yang sering kali hanya ramai diawal, senyap setelah bubar.

Dari barisan undangan, Anggota DPRD Langkat Ir H Munhasyar SPd, mengingatkan satu sisi yang tak kalah penting, denyut ekonomi warga. Bazar UMKM yang mengiringi MTQ mengalirkan rezeki yang tak sedikit. “MTQ bukan hanya syiar, tapi ekosistem pemberdayaan,” katanya.
Tirai MTQ ke-58 turun dengan gemuruh tepuk tangan, wajah-wajah bersinar, dan harapan baru yang menetes diantara gema ayat suci.
Dibalik kemeriahannya, satu pesan mengkristal, dibawah komando Syah Afandin, Langkat sedang menapaki jalan panjang menuju identitas baru, sebuah kabupaten yang tak sekadar religius, tapi teguh membentuk generasi Qur’ani yang mampu menjawab kekacauan zaman dengan akhlak, bukan hanya suara merdu.(Informasi nasional.com/Misno)






Discussion about this post