INformasinasional.com, Langkat — Ribuan guru tumpah ruah di Lapangan GOR Stabat, Langkat, Kamis 20 November 2025. Keringat mengucur, langkah mantap bergerak serempak. Namun satu hal yang paling berat bukan rute gerak jalan santai itu, melainkan beban nasib profesi yang selama puluhan tahun terjebak dalam pujian tanpa imbalan layak.
Pada puncak peringatan Hari Guru Nasional dan 80 Tahun PGRI ini, Bupati Langkat H Syah Afandin SH tidak sekadar melepas peserta dari atas panggung, Ia melempar gebrakan politik, penghentian era “guru honorer bernasib samar”.
“Guru bukan hanya digugu dan ditiru. Mereka harus disejahterakan dan diperlakukan terhormat,” lontar Afandin yang suaranya memecah riuh tepuk tangan para pendidik.
Afandin menegaskan, pembangunan manusia tak boleh lagi dikunci oleh minimnya anggaran pendidikan ataupun regulasi yang terlambat napas. Ia menuding masa lalu sebagai era pembiaran, guru dipuja dalam upacara, ditelantarkan dalam keseharian.
Dan disinilah letupan janji itu muncul. “Per 25 November, PPPK tahap II dilantik! Kita buktikan: guru bukan lagi pahlawan bergaji sedekah!”
Sontak suasana berubah penuh harapan. Para guru mulai saling bertukar senyum, membayangkan gaji yang tak lagi habis hanya untuk ongkos kesekolah.
Selain merayakan dengan langkah dan sorak, para pendidik ikut menyumbangkan darah dan menanam pohon. Seolah menandai: profesi ini bukan hanya mencerdaskan, tapi menjaga kehidupan.
Momentum HGN di Langkat tahun ini lantas memantik pertanyaan besar. Apakah janji ini benar akan menutup babak kelam kesejahteraan guru? Atau hanya jadi tepuk tangan sesaat sebelum realitas kembali mendesis?
Namun untuk saat ini, para guru memilih merayakan. Mereka menggenggam harapan tinggi, pendidikan maju, kesejahteraan melesat.
Hari itu, kalangan guru di Langkat bukan sekadar berjalan santai.
Mereka sedang berlari mengejar martabat yang lama dirampas keadaan.(Misno)






Discussion about this post