INformasinasional.com, Langkat — Suara deru mesin truk yang menunggu giliran di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kini berubah jadi keluhan. Sudah berminggu-minggu, solar bersubsidi diberbagai SPBU di Kabupaten Langkat mendadak langka. Antrean kendaraan mengular bak ular besi yang tak kunjung bergerak, memadati ruas-ruas jalan.
“Heran juga, kok bisa solar jadi langka. Kalau pun ada, harus antre berjam-jam. Kadang bisa sampai dua jam baru dapat giliran,” keluh Warsiman (45), sopir truk pengangkut barang kelontong tujuan Aceh, Jumat (17/10/2025). “Kalau begini terus, pengiriman barang terlambat, penghasilan kami juga ikut seret,” katanya geram.
Kekacauan pasokan bahan bakar ini bukan tanpa dampak. Rantai distribusi logistik, mobilitas masyarakat, hingga aktivitas ekonomi ikut tersendat. SPBU yang biasanya ramai kini jadi titik jenuh, tempat sopir menumpuk lelah dan makian.
Dari keterangan petugas SPBU yang enggan disebutkan namanya, masalah bukan pada stok di SPBU, melainkan pasokan dari Pertamina yang terlambat masuk.
“Bukan langka, Pak. Tapi pengiriman dari pihak Pertamina sering terlambat. Kami sudah sampaikan keluhan ini ke manajemen, mudah-mudahan ke depan tidak terulang,” ujarnya kepada kru INformasinasional.com.
Namun keterlambatan yang berulang membuat publik tak sabar menunggu “mudah-mudahan.”
Kritik keras pun datang dari Ketua DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kabupaten Langkat, Zaid Lubis. Ia menilai lambannya distribusi BBM bukan sekadar gangguan teknis, tapi persoalan vital yang berpotensi menggerus stabilitas ekonomi daerah.
“BBM itu nadi kehidupan ekonomi rakyat. Ia menggerakkan logistik, transportasi, dan pasokan bahan pangan. Kalau distribusinya macet, ekonomi ikut tersendat. Pemerintah dan Pertamina harusnya lebih sigap, jangan menunggu situasi makin rusuh dilapangan,” tegas Zaid.
Zaid menilai, keterlambatan pasokan yang berulang bisa menjadi indikasi adanya ketidakteraturan dalam sistem distribusi BBM yang harus segera dibenahi.
“Jangan biarkan masyarakat jadi korban dari kelalaian rantai pasok. Kalau solar langka, efeknya bisa menjalar ke harga-harga kebutuhan pokok. Ini serius,” tambahnya.
Dari pantauan disejumlah SPBU wilayah Langkat, antrean kendaraan truk dan mobil penumpang tampak mengular hingga puluhan meter. Beberapa sopir bahkan memilih bermalam dilokasi, menunggu tangki solar terisi.
Kini, masyarakat menanti langkah nyata dari Pertamina. Sebab bagi warga Langkat, setiap liter BBM bukan sekadar bahan bakar tapi denyut ekonomi yang menentukan apakah roda kehidupan mereka tetap berputar, atau terhenti diantrean panjang tanpa ujung.*
Discussion about this post