INformasinasional.com, Makassar – Perdebatan soal pembatasan masa jabatan rektor di Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali mencuat. Sebagian pihak menilai, rektor sebaiknya hanya menjabat satu periode agar membuka ruang regenerasi.
Namun pandangan ini justru dinilai keliru secara konseptual dan tidak sejalan dengan prinsip tata kelola perguruan tinggi modern.
Menurut Syamsir Anchi, Direktur Eksekutif PILHI sekaligus alumni Unhas Makassar Sulawesi selatan m, kepemimpinan akademik sejatinya bukan sekadar urusan administratif lima tahunan, melainkan proses transformasi institusional yang memerlukan kesinambungan dan waktu panjang.
“Membatasi masa jabatan rektor satu periode sama halnya menghentikan momentum perubahan sebelum matang,” ujarnya dalam tulisan opini yang diterima redaksi, Kamis (30/10/2025).
Syamsir mengutip teori Transformational Leadership dari James MacGregor Burns (1978), bahwa pemimpin sejati adalah agen perubahan yang mentransformasi nilai, visi, dan budaya organisasi.
Proses tersebut membutuhkan waktu dan legitimasi dari hasil nyata, bukan sekadar patuh pada durasi jabatan.
John Kotter (1990) dalam konsep anchoring new approaches menegaskan bahwa fase internalisasi budaya organisasi baru biasanya memerlukan enam hingga sepuluh tahun. Dengan demikian, masa jabatan lima tahun sering kali baru cukup untuk merancang perubahan belum sampai pada tahap penguatan nilai-nilai baru.
“Jika kampus ingin berlari cepat menghadapi globalisasi pendidikan, stabilitas kepemimpinan justru menjadi kunci,” tegas Syamsir.
Syamsir menilai pembatasan satu periode justru menggeser logika akademik menjadi logika politik.
Dalam dunia akademik, sistem meritokrasi yang dikemukakan Michael Young (1958) mengukur seseorang berdasarkan prestasi dan kontribusi, bukan giliran jabatan.
Sementara Peter Drucker (1999) melalui konsep Management by Objectives menekankan pentingnya kontinuitas kepemimpinan untuk mencapai target strategis organisasi. Jika rektor terbukti mampu meningkatkan reputasi riset, memperluas jejaring internasional, dan memperkuat tata kelola kampus, lanjut masa jabatan adalah keputusan rasional dan produktif.
Syamsir mengingatkan bahwa universitas top dunia tidak menerapkan batasan jabatan rektor secara kaku.
Di Harvard University, rektor dipilih berdasarkan kepercayaan dan kinerja. Charles W. Eliot, misalnya, menjabat selama 40 tahun (1869–1909) dan sukses mentransformasi Harvard menjadi universitas modern kelas dunia.Begitu pula di Oxford University, masa jabatan Vice-Chancellor ditetapkan tujuh tahun namun bisa diperpanjang bila kinerjanya terbukti. National University of Singapore (NUS) juga memberi ruang panjang bagi Presiden Tan Chorh Chuan untuk memimpin hampir satu dekade hingga NUS masuk 20 besar universitas dunia.
“Prinsipnya sederhana: kepemimpinan akademik diukur dari keberhasilan, bukan dari lamanya masa jabatan,” tulis Syamsir.
Stabilitas untuk Daya Saing Global
Burton Clark (1998) dalam Creating Entrepreneurial Universities menegaskan bahwa universitas unggul global ditopang oleh kepemimpinan yang stabil dan visioner.
Hal ini sejalan dengan pandangan Marginson & Considine (2000) dalam The Enterprise University bahwa otonomi perguruan tinggi justru memberi fleksibilitas bagi kepemimpinan berbasis hasil, bukan tradisi administratif.
Bagi Syamsir, kontinuitas kepemimpinan merupakan bagian dari strategi daya saing global.
“Membatasi masa jabatan rektor satu periode justru melemahkan kapasitas adaptif universitas menghadapi tantangan jangka panjang,” tulisnya.
[
Meski menolak pembatasan satu periode, Syamsir menegaskan bahwa kontinuitas kepemimpinan bukan berarti membangun kultus individu.
Ia mendorong adanya mekanisme evaluasi kinerja rektor secara terbuka dan partisipatif. Bila gagal, masa jabatan tak perlu diperpanjang. Namun bila terbukti membawa perubahan, perpanjangan justru menjadi bentuk penghargaan institusional.
“Membatasi masa jabatan rektor satu periode bukan solusi regenerasi, melainkan bentuk penyederhanaan terhadap kompleksitas manajemen akademik.”tegas Syamsir.
Reporter: Sapriaris
 
                                 
	    	





 
                
Discussion about this post