INformasinasional.com, Deli Serdang — Subuh berdarah itu masih menyisakan trauma mendalam di Desa Namo Bintang, Pancur Batu, Deli Serdang. Dua lelaki, yakni Reza Fahlevi (30) dan Jakup (17). Keduanya tewas dengan luka bacok menganga setelah diculik dari rumah masing-masing dan dihajar secara brutal diarea perladangan desa tersebut, Sabtu, 15 November 2025.
Penjemputan paksa Reza terjadi begitu cepat, nyaris seperti adegan film laga. Sekitar pukul 06.00 WIB, empat pria berbadan tegap mengetuk pintu rumah Reza di Dusun II Sumberingin. Begitu pintu dibuka, Reza langsung disergap, diseret, dan diselipkan diantara para pelaku diatas sepeda motor. “Saya kejar, tapi suami saya sudah digiring pergi. Mereka bilang hanya mau bicara. Nyatanya suami saya kembali dengan nyawa terenggut,” ujar Adiba Asma (29), istri korban, dengan suara bergetar menahan tangis, Jumat (21/11/2025).
Adiba dan ibu mertuanya berlari pontang-panting mencari sepeda motor untuk mengejar. Namun pencarian itu sia-sia hingga suara telepon dari kepala dusun membuyarkan semuanya, Reza telah sekarat di RSUD Pancur Batu.
Sesampainya dirumah sakit, Adiba nyaris tak mengenali suaminya.
“Tangannya sobek, mukanya disayat-sayat. Lubang dalam dikakinya… seperti dicincang,” lirihnya.
Reza, juru masak sebuah kafe di Medan, pergi meninggalkan empat anak perempuan yang masih kecil. Kini, Adiba harus mengambil alih peran tulang punggung keluarga.
Jakup, Korban Pertama Diculik Dini Hari
Korban lain, Jakup, bahkan diculik lebih dulu sekitar pukul 03.30 WIB. Saat itu remaja pekerja keras itu tengah menjaga unggas peliharaan disamping rumahnya.
Ibunya, Siti (54), mendengar teriakan memilukan “Dia teriak ‘nggak mau…!’. Begitu saya keluar, dia sudah hilang,” katanya dengan mata kosong menahan pedih.
Yang tersisa hanya deru sepeda motor yang menjauh menembus gelap. Siti menunggu hingga matahari naik tetapi yang datang ke rumahnya justru kabar maut. “Lukanya banyak sekali. Parang. Dikepala bocor. Parah benar,” ujar Siti.
Jakup dikenal dekat dengan Reza, mereka sering bermain bersama.
Motif Gelap yang Masih Menjadi Misteri
Kepolisian masih menutup rapat motif dibalik aksi pengeroyokan keji ini. Namun, enam orang sudah diciduk. “Sudah kita tahan enam pelaku. Motif masih kita dalami,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Medan AKBP Bayu Putro Wijayanto, singkat.
Sementara itu, warga dicekam ketakutan. Rumor berkembang, ini bukan pembunuhan biasa. Ada dendam lama, mungkin konflik gelap yang kini menagih nyawa.
Dua Nyawa Melayang, Desa Gemetar
Pancur Batu kini berkabung. Dua keluarga luluh lantak oleh kekerasan yang terjadi begitu mudah, begitu dekat, bahkan dari orang yang mereka kenal.
Adiba, menggenggam tangan anak-anaknya, menuntut keadilan. “Hukum mereka seberat-beratnya. Biar tak ada lagi istri dan anak yang menangis seperti kami.”
Siti pun menambahkan dengan suara parau “Semoga semua pelakunya tertangkap. Semua.”
Dua korban sudah dipendam. Pertanyaan masih terkubur bersama luka yang menganga: apa dosa mereka hingga layak dibantai?
Kasus ini adalah alarm keras: nyawa warga kecil masih begitu murah ditanah sendiri.(Misn’t/dtc)






Discussion about this post