INformasinasional.com/DENTUMAN meriam di Istana Negara, Jakarta, tepat pukul 10.00 WIB, Minggu (17/8/2025), menjadi tanda dimulainya Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia. Presiden Prabowo Subianto berdiri gagah sebagai Inspektur Upacara, memimpin prosesi sakral dengan wibawa yang menggetarkan jiwa.
Namun, gegap gempita itu tidak berhenti di ibu kota. Getaran nasionalisme merembes deras hingga ke Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dari layar Zoom yang terhubung langsung dengan Istana, Bupati Langkat H Syah Afandin SH bersama Wakil Bupati Tiorita Br Surbakti SH larut dalam suasana sakral di Jentera Malay, Rumah Dinas Bupati Langkat.
Sorot mata mereka penuh haru ketika teks Proklamasi dibacakan. “Ini momen yang sangat bersejarah. Luar biasa membanggakan melihat anak bangsa menjalankan tugas dihadapan Presiden Prabowo, dengan penuh kesempurnaan,” ujar Syah Afandin dengan mata berbinar.
Dari Pidato Kebangsaan hingga “Serakahnomics”
Meski Presiden Prabowo tidak berpidato di Istana (pidatonya sudah disampaikan dalam Sidang Tahunan MPR dua hari sebelumnya), gaung politik dan pesan kebangsaannya tetap menembus batas ruang dan jarak.
Dalam pidato sepanjang ±75 menit itu, Prabowo menegaskan cita-cita kemerdekaan 1945 berdaulat, adil, makmur. Sedangkan evaluasi 299 hari pemerintahannya, koreksi berani disektor ekonomi dan demokrasi.
Peringatan terhadap “serakahnomics”: praktik korupsi, monopoli pangan, dan kebocoran kekayaan nasional yang disebut merugikan negara hingga Rp300 triliun per tahun.
Reclaiming lahan sawit ilegal seluas 3,1 juta hektare sebagai simbol keberanian politik. “We are facing the reality of a massive leakage of our nation’s wealth … We are obliged to take action even if it is difficult and disliked by certain parties,” tegas Prabowo.
Pesan itu jelas, kemerdekaan bukan hadiah, tetapi amanah. Langkat menyambut dari Zoom ke Panggung Rakyat. Begitu upacara kenegaraan usai, Langkat tidak tinggal diam. Bupati Syah Afandin langsung melepas Devile Pawai Karnaval Kemerdekaan, pesta rakyat terbesar tahun ini. Ribuan masyarakat tumpah ruah kejalanan.
Ada pawai budaya yang menampilkan tradisi Nusantara, parade mobil hias spektakuler, bahkan penampilan kendaraan tempur yang menghadirkan nuansa heroik perjuangan.
Langkat benar-benar bergemuruh. Warna merah putih mendominasi jalanan, wajah rakyat sumringah, anak-anak melambai-lambaikan bendera kecil. Bukan sekadar perayaan, tetapi wujud nyata dari pesan Presiden: kemerdekaan harus dirayakan dengan kebersamaan dan gotong royong.
Sehari penuh Langkat diliputi atmosfer nasionalisme. Tepat pukul 07.00 WIB, Sekda Langkat H Amril SSos MAP menyerahkan duplikat bendera pusaka kepada Chairah Citra Zevana, siswi SMA Negeri 1 Stabat yang terpilih sebagai anggota Paskibra.
Bendera itu kemudian dikibarkan di Alun-alun Tengku Amir Hamzah Stabat, dalam upacara khidmat yang dipimpin langsung Bupati Syah Afandin mengenakan pakaian adat Melayu. Ribuan peserta dari TNI, Polri, ASN, pelajar, hingga ormas hadir, menambah kesakralan momentum bersejarah ini.
Momen penting lain
Ketua DPRD Sribana Perangin-angin membacakan teks Proklamasi. Doa dipimpin Kakan Kemenag H Ainul Aswad MA. Pasukan Paskibraka Kabupaten Langkat sukses mengibarkan Sang Saka dengan penuh wibawa.
Usai upacara, Bupati menyerahkan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Prabowo kepada enam ASN atas pengabdian 10, 20, hingga 30 tahun. Ia juga memberikan penghormatan khusus berupa bingkisan untuk tiga Legiun Veteran, simbol penghargaan atas darah dan air mata yang telah mereka tumpahkan demi bangsa.
Resonansi Lokal vs Pidato Nasional
Menarik dicatat, HUT RI ke-80 di Langkat tidak hanya berhenti pada seremoni, tetapi juga memperlihatkan bagaimana sebuah daerah bisa menjadi barometer implementasi visi nasional.
Pidato Prabowo menekankan perang melawan “serakahnomics”. Langkat merespons dengan pawai rakyat, devile budaya, hingga komitmen membangun kebersamaan sosial.
Simbol-simbol kebangsaan (pengibaran bendera, penghargaan ASN, penghormatan veteran) menegaskan bahwa Langkat bukan sekadar “penonton”, melainkan “pelaku” kebangkitan nasional.
Bupati Syah Afandin menegaskan,
“Spirit 80 Tahun Kemerdekaan ini bukan sekadar seremoni. Langkat siap bersinergi mendukung visi Indonesia Emas yang digaungkan Presiden Prabowo.”
Kesimpulan: Amanah Kemerdekaan
Dari dentuman meriam di Jakarta hingga tabuhan drumband di Langkat, satu pesan mengalir deras, kemerdekaan adalah amanah, bukan hadiah.
Langkat, dengan rakyat yang antusias, pemimpin yang responsif, dan semangat gotong royong yang membara, telah menunjukkan bahwa visi besar Indonesia Emas 2045 bisa dimulai dari daerah. Dari desa ke kota, dari pinggiran ke pusat, semangat kebangsaan itu nyata.(INformasinasional.com/Misno)
