INformasinasional.com – Bukittinggi.
Minggu malam di Bukittinggi seharusnya menjadi ruang tenang. Udara sejuk dari kaki Gunung Marapi biasanya mengantar warga menikmati istirahat. Namun pada 14 September 2025, di sebuah gang sempit Jalan Haji Miskin, Kelurahan Campago Ipuh, suasana berubah tegang. Aparat Unit Intel Kodim 0304/Agam bergerak senyap, menguntit seorang pria yang disebut-sebut warga sebagai pengedar sabu kelas kampung.
Namanya Bayu Desrin Saputra, 42 tahun, montir. Badannya besar, rambut dipotong pendek, kulit sawo matang. Bagi warga sekitar, ia dikenal dingin dan jarang banyak bicara. Malam itu, pengintaian tak berlangsung lama. Pukul 22.10 WIB, Bayu diciduk. Dari tangannya, aparat menemukan tiga paket sabu dengan berat total 3,18 gram, timbangan digital, puluhan plastik klip, pirex, hingga ponsel biru yang diduga jadi alat komunikasi transaksi.
Bayu tak sempat mengelak. Dihadapan aparat, ia menyebut satu nama: Reza Kurniawan.
Reza, 29 tahun, juga montir. Ia tinggal tak jauh, di kawasan Cempaka Raya. Rambut pendek, tubuh agak kekar, dan usia yang lebih muda membuatnya tampak lincah. Menurut pengakuan Bayu, Reza adalah pemasok sabu yang lebih besar.
Maka operasi malam itu tak berhenti di satu pintu. Aparat langsung bergerak ke alamat Reza. Waktu menunjukkan pukul 03.45 WIB, Senin dini hari. Bukittinggi masih sunyi, tapi jantung aparat berdetak kencang. Reza digerebek tanpa sempat kabur. Dari rumahnya, ditemukan 1,23 gram sabu, timbangan digital, 771 plastik klip, ATM BRI dan BNI, serta uang tunai Rp3 juta lebih yang diduga hasil transaksi haram.
Barang bukti itu cukup membuktikan: Reza bukan sekadar pemakai, melainkan bandar kecil dengan jaringan distribusi di tingkat lokal.
Pukul 04.25 WIB, kedua pria itu digiring ke Kodim 0304/Agam. Kasubnit II Satresnarkoba Polresta Bukittinggi, Aiptu JPL Tobing, datang bersama empat anggota untuk mengambil alih kasus. Olah TKP dilakukan di dua lokasi penangkapan, disaksikan warga dan aparat Babinsa. Nama-nama saksi dicatat, mereka akan bersuara di persidangan.
Sekitar pukul 07.20 WIB, dua terduga bandar beserta barang bukti diserahkan resmi kepada Satresnarkoba. Proses hukum menanti.
Bagi aparat, penangkapan Bayu dan Reza hanyalah potret kecil dari persoalan besar. Bukittinggi, kota wisata yang ramai oleh pelancong, diam-diam menjadi ladang empuk peredaran sabu. Mudah didapat, murah dalam ukuran paket kecil, dan terus merambah hingga ke pelosok.
“Ini baru pintu depan. Dibelakang mereka pasti ada pintu-pintu lain yang lebih besar,” ujar seorang perwira intel yang enggan disebut namanya.
Dandim 0304/Agam menegaskan pihaknya tak akan tinggal diam. “Unit intel akan terus memburu bandar, pengedar, hingga pemakai. Kami akan bekerjasama dengan kepolisian untuk menutup rapat jalur distribusi narkoba diwilayah kami,” katanya.
Barang bukti 4,41 gram sabu dari dua tersangka memang terlihat kecil dibanding kasus-kasus nasional. Namun jumlah plastik klip yang mencapai ratusan mengindikasikan bisnis yang lebih serius: peredaran eceran masif, yang bisa meracuni banyak orang dalam waktu singkat.
Pertanyaannya kini, siapa pemasok Reza? Jalur mana yang membuat sabu begitu mudah mendarat di Bukittinggi? Apakah ini hanya bisnis kecil antar-montir, atau bagian dari jaringan lintas daerah?
Malam panjang itu memang menutup langkah dua bandar kecil. Tapi perburuan yang lebih besar baru saja dimulai.*(rmo)