INformasinasional.com, JAKARTA – Suasana Hall Dewan Pers di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (22/8/2025) berubah bak arena politik panas ketika Akhmad Munir, Direktur Utama LKBN Antara, datang dengan langkah pasti. Didampingi arak-arakan pendukungnya dan menggandeng tokoh senior Atal Sembiring Depari, Munir resmi mendaftarkan diri sebagai Calon Ketua Umum PWI Pusat 2025–2030. Sorak-sorai, tepuk tangan, hingga bisik-bisik strategi mengiringi momen bersejarah ini.
Tidak sekadar formalitas, pendaftaran ini langsung menggebrak peta persaingan menuju Kongres PWI 2025 di Cikarang. Duet Munir–Atal membawa pesan besar rekonsiliasi, penyatuan PWI yang sempat terbelah, serta gebrakan transformasi pers diera digital berbasis kecerdasan buatan (AI).
Atmosfer semakin tegang ketika Munir dengan lantang mengingatkan panitia soal aturan dukungan fisik. “PWI harus dijaga kredibilitasnya! Dukungan itu wajib hard copy, bukan PDF abal-abal!” ujarnya tegas, disambut sorakan pendukung yang memadati ruangan.
Peta politik organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pun mendadak berguncang. Duet Munir–Atal sontak memanaskan suhu jelang Kongres PWI 2025 yang dijadwalkan berlangsung di BPPTIK Komdigi, Cikarang, Bekasi, pada 29–30 Agustus 2025 mendatang.
Kedatangan Munir dan Atal ke Hall Dewan Pers, Jakarta, tempat Sekretariat Panitia Kongres, ibarat arak-arakan politik. Mereka tidak datang sendiri, melainkan dikawal oleh sederet tokoh berpengaruh PWI dari berbagai daerah: mantan Ketua PWI Riau sekaligus Ketua PWI Pusat versi KLB 2024 Zulmansyah Sekedang, Ketua PWI Jaya Kesit Budi Handoyo, Mirza Zulhadi, Auri Jaya, hingga tokoh senior PWI Jaya Johny Hardjojo.
Mereka diterima langsung oleh Ketua Tim Verifikasi Kongres PWI 2025, Zulkifli Gani Ottoh, yang juga Ketua Steering Committee (SC). “Kami ucapkan selamat datang kepada Cak Munir beserta tim. Proses verifikasi akan berjalan sesuai aturan kongres,” katanya.
Dalam pernyataannya, Munir tampil tegas. Ia menegaskan misi utamanya bukan sekadar mengejar kursi, melainkan menyatukan kembali PWI yang sempat terpecah akibat konflik internal.
“Kalau saya diberi amanah, prioritas pertama adalah rekonsiliasi. PWI harus kembali bersatu. Kepentingan organisasi harus selalu lebih tinggi dari kepentingan pribadi,” tegas Munir, yang pernah menjabat Ketua PWI Jawa Timur dua periode dan Ketua SIWO dua periode.
Lebih jauh, Munir juga menyampaikan visi transformasi besar, yakni Konsolidasi organisasi PWI di seluruh daerah. Peningkatan profesionalitas wartawan lewat UKW masif, pelatihan berjenjang, workshop digital. Penguatan media lokal sebagai penopang demokrasi. Dan adaptasi teknologi melalui digitalisasi kelembagaan dan literasi jurnalisme berbasis kecerdasan buatan (AI).
“PWI tidak boleh tertinggal. Dunia pers berubah cepat. Kita harus ikut berlari, bukan berjalan,” kata Munir, penuh semangat.
Menariknya, Munir juga menyoroti aturan main SC. Ia menegaskan bahwa surat dukungan dari PWI Provinsi harus berbentuk fisik (hard copy) dengan tanda tangan bermaterai, bukan sekadar file PDF atau kiriman digital.
“Aturan jelas kok. Kalau hanya PDF, rawan manipulasi. Kami sendiri membawa langsung berkas dukungan resmi. Ini penting demi kredibilitas kongres,” tandas Munir.
Zulmansyah: Legowo Demi Persatuan
Sementara itu, Zulmansyah Sekedang yang sempat memimpin PWI hasil KLB 2024, tampil mendukung langkah Munir. Ia menegaskan perlunya mengakhiri dualisme dan gesekan internal.
“PWI lebih penting kita selamatkan daripada sekadar rebutan kursi. Banyak senior minta kita legowo, dan saya siap legowo. Demi persatuan, demi masa depan PWI,” tegas Zulmansyah.
Dengan majunya duet Munir–Atal, bursa pemilihan Ketua Umum PWI Pusat 2025–2030 dipastikan semakin panas. Figur Munir yang dikenal akademis, organisatoris, sekaligus manajerial dipertemukan dengan pengalaman panjang Atal sebagai nakhoda PWI sebelumnya. Kombinasi keduanya diyakini banyak pihak sebagai duet harmoni: energi muda sampai tua, pengalaman dan gagasan baru.
Namun, jalan mereka tidak akan mulus. Sejumlah kandidat lain diperkirakan akan tampil di Cikarang, membawa barisan dan visi masing-masing. Kongres 2025 pun diprediksi akan menjadi ajang pertarungan paling sengit dalam sejarah PWI.
Satu hal yang pasti, gema dukungan, intrik politik, dan dinamika organisasi kini sudah menggelora. Publik pers menanti, apakah Munir–Atal mampu menorehkan sejarah baru, atau justru lahir kejutan lain dipanggung Cikarang.
Kongres PWI 2025 Rebutan Kursi, Rebutan Marwah, Rebutan Masa Depan Pers Indonesia.(Misno)
