INformasinasional.com, JAKARTA – Perombakan Kabinet Merah Putih jilid dua yang diumumkan Presiden Prabowo Subianto bukan sekadar ritual politik lima tahunan. Dibalik gebrakan reshuffle itu, tersimpan pesan tegas: negara tidak boleh gamang menghadapi ancaman keamanan. Dan nama Letnan Jenderal (Purn) Edy Rahmayadi, mantan Pangkostrad yang kenyang pengalaman tempur sekaligus piawai dipanggung sipil, menjadi ujung tombak baru dikursi Menteri Pertahanan RI.
Keputusan itu sekaligus menggantikan posisi Sjafrie Sjamsoeddin yang digeser ke Menko Polhukam. Duet Sjafrie–Edy dianggap sebagai kombinasi “dua naga tua” TNI, yang sama-sama mengenyam pengalaman panjang dimiliter, politik, hingga birokrasi sipil.
“Ini bukan sekadar rotasi jabatan, tapi langkah kalkulatif untuk memulihkan legitimasi pemerintah pasca aksi massa yang menimbulkan korban jiwa, luka-luka, dan kerugian negara lebih dari Rp1 triliun,” ujar Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas), Sutrisno Pangaribuan, di Medan, Selasa (9/9/2025).
Edy Rahmayadi dianggap figur yang komplet. Dimiliter, ia bukan sekadar perwira menengah yang naik jabatan. Ia adalah prajurit tempur yang kenyang pengalaman lapangan, dari Komandan Pleton Kopassus hingga Pangkostrad ke-38. Disipil, Edy sempat memimpin Sumatera Utara sebagai gubernur (2018–2023), bahkan pernah duduk sebagai Ketua Umum PSSI ke-16, mengelola organisasi olahraga paling gemuk dan paling gaduh dinegeri ini.
Keunggulan lain, Edy tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun. Artinya, Prabowo tidak perlu bernegosiasi dengan ketua umum partai untuk menempatkannya. Dalam kabinet yang kerap menjadi arena kompromi politik, sosok “netral” seperti Edy adalah aset langka.
“Edy terbukti mampu menjaga stabilitas Sumut di tengah badai pandemi Covid-19. Ia juga bisa membangun komunikasi politik dengan 100 anggota DPRD Sumut. Maka, berkomunikasi dengan DPR RI tentu bukan perkara sulit baginya,” kata Sutrisno.
Dalam pandangan Kornas, satu hal yang tak bisa ditawar dari Edy adalah loyalitas. Sebagai prajurit, ia dikenal tegak lurus dengan garis komando. Kedekatannya dengan Prabowo, yang juga pernah menjabat Pangkostrad ke-22, menambah ikatan kepercayaan yang sulit digoyahkan.
“Edy pasti loyal kepada Menko Polhukam Sjafrie Sjamsoeddin dan tentu kepada Presiden Prabowo. Ini bukan hanya soal hierarki, tapi soal tradisi prajurit: hormat kepada senior,” ujar Sutrisno.
Bagi Prabowo, loyalitas adalah harga mati. Dalam sejarahnya, ia kerap memilih pembantu yang tidak sekadar pintar diatas kertas, tapi juga siap bekerja cepat tanpa masa adaptasi panjang.
Dari Sabang ke Senayan
Edy lahir di Sabang, Aceh, 10 Maret 1961. Lulusan Akmil 1985 itu memulai karier sebagai Danton di Kopassus dan Kostrad. Dari sana, ia melompat keberbagai posisi strategis: Komandan Yonif 100/Prajurit Setia, Kepala Staf Korem 031/Wirabraja, Asops Kasdam Iskandar Muda, Komandan Resimen Taruna Akmil, hingga Danrem 174/Anim Ti Waninggap.
Namanya kian mencuat ketika dipercaya sebagai Pangdam I/Bukit Barisan (2015), lalu naik menjadi Pangkostrad (2015–2018), salah satu posisi paling prestisius di TNI AD.
Usai pensiun, Edy menjajal gelanggang politik. Ia maju di Pilgub Sumut 2018 bersama Musa Rajekshah alias Ijeck. Pasangan ini menang dan memimpin provinsi yang selama ini dikenal sarang konflik politik, narkotika, dan mafia lahan.
Kini, Prabowo menempatkan dua figur militer senior dijantung pertahanan dan keamanan negara: Sjafrie sebagai Menko Polhukam dan Edy sebagai Menhan. Kombinasi ini dipandang sebagai sinyal keras: pemerintah tidak mau lagi kecolongan oleh aksi massa anarkis, potensi teror, maupun ancaman eksternal.
“Pasca guncangan aksi massa, pilihan ini jelas sinyal penguatan koordinasi pertahanan dan keamanan. Sjafrie–Edy bukan sekadar duet militer, tapi duet politisi sipil yang paham medan,” pungkas Sutrisno.
Dalam kacamata politik, langkah ini juga mempertebal garis Prabowo: membangun kabinet yang loyal, cepat adaptif, dan siap menghadapi krisis. Dalam bahasa prajurit, ini bukan sekadar soal jabatan. Ini soal siapa yang paling bisa dipercaya untuk berdiri diparit terakhir.(Misno)