INformasinasional.com, Jakarta – Dunia dikejutkan oleh gempa dahsyat bermagnitudo 8,8 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Selasa (29/7/2025). Tak hanya memicu guncangan besar, gempa tersebut juga diikuti gelombang tsunami hingga setinggi 4 meter. Namun, yang mengejutkan, pemerintah Rusia mengklaim tidak ada satu pun korban jiwa dalam bencana besar ini.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa nihilnya korban jiwa menjadi bukti nyata keberhasilan teknologi mitigasi bencana dan kesiapan pemerintah Rusia menghadapi skenario terburuk.
“Terima kasih Tuhan, tidak ada korban meninggal. Kita bisa bilang kesiapan teknologi Rusia telah terbukti dan menunjukkan kemampuan di level tinggi,” ujar Peskov dalam konferensi pers yang dikutip kantor berita TASS, Rabu (30/7/2025).
Klaim pemerintah Rusia tak berdiri tanpa dasar. Menurut Peskov, keberhasilan ini ditopang oleh kualitas konstruksi bangunan di Kamchatka yang dirancang tahan guncangan, serta respons cepat dari sistem peringatan dini yang langsung aktif sesaat setelah gempa terdeteksi.
Dilansir dari Reuters, jaringan sensor seismik Rusia bekerja dalam hitungan detik, memicu alarm tsunami dan memerintahkan evakuasi massal sebelum gelombang besar menerjang. Langkah cepat ini disebut sebagai salah satu faktor krusial yang menyelamatkan ribuan nyawa.
Gempa Terkuat Sejak 1952, Tsunami Anomali
Gempa berkekuatan M8,8 ini tercatat sebagai yang terbesar di dunia sejak 2011 dan terkuat di Kamchatka sejak 1952. Pusat gempa berada di laut, sekitar 136 kilometer timur Petropavlovsk-Kamchatsky, dengan kedalaman 19 kilometer.
Tak lama setelah gempa, gelombang tsunami dilaporkan menerjang pesisir Kamchatka. Namun, berbeda dari bencana Jepang 2011 yang menewaskan lebih dari 20 ribu orang, tsunami kali ini relatif terkendali.
Ahli geologi dari British Geological Survey, David Tappin, mengaku terkejut dengan minimnya dampak gempa sebesar itu.
“Ketika saya melihat magnitudo 8,8, saya langsung berpikir, ‘Oh, ini mungkin seperti Jepang 2011,'” kata Tappin kepada NBC News.
“Gempa 8,8 biasanya menimbulkan kehancuran besar. Namun di sini, tsunami hanya sekitar 4 meter dan kerusakan minim. Ini cukup anomali,” lanjutnya.
Selain teknologi, para ahli menilai faktor geografi Kamchatka yang relatif terpencil dan jarang penduduk juga menjadi alasan mengapa korban jiwa bisa dihindari. Di sisi lain, sistem peringatan dini internasional ikut berperan. Peringatan tsunami bahkan dikirim ke Jepang, Hawaii, hingga Pantai Barat AS, memastikan potensi dampaknya bisa diantisipasi secara global.
Tappin menegaskan, “Inilah bukti bahwa sistem peringatan dini dan edukasi publik tentang evakuasi bencana sangat penting. Rusia tampaknya berhasil menerapkan ini.”
Meski masih menyisakan pertanyaan soal minimnya dampak gempa sebesar itu, banyak pihak menilai keberhasilan Rusia ini dapat menjadi contoh global. Negara dengan potensi bencana besar seperti Indonesia, Jepang, dan negara-negara Pasifik disebut perlu meniru kesiapan Rusia dalam teknologi mitigasi dan simulasi evakuasi.
Gempa dahsyat di Kamchatka ini sekali lagi membuktikan: bencana alam memang tak bisa dicegah, tetapi korban jiwa bisa diminimalisasi dengan kesiapsiagaan, teknologi, dan disiplin masyarakat.*