INFORMASINASIONAL.COM, MEDAN – Pengadilan Negeri (PN) Medan kembali menjadi panggung drama politik dan hukum. Rabu (1/10/2025), Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK memecah keheningan ruang sidang dengan sebuah kejutan, menayangkan foto Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, berdampingan dengan mantan Kepala Dinas PUPR Sumut, Topan Ginting, dilokasi proyek jalan Tapanuli Selatan.
Seketika, ruang sidang riuh. Semua mata tertuju kelayar proyektor. Dalam foto itu, Bobby tampil santai dengan baju abu-abu, sementara Topan berbaju biru, berdiri ditepian sungai yang menjadi titik awal proyek jalan. Meski JPU menegaskan foto itu hanya salah satu dokumen alat bukti, getarannya jelas terasa, nama menantu Presiden Jokowi ikut masuk dalam pusaran narasi kasus rasuah jalan senilai Rp 231,8 miliar.
“Ya, itu saat peninjauan jalan. Kami diminta mengawal rombongan Forkopimda, termasuk Pak Gubernur dan Pak Topan,” kata saksi AKBP Yasir Ahmadi, mantan Kapolres Tapsel, mengkonfirmasi keberadaan foto tersebut.
Sebelum foto Bobby, JPU lebih dulu menampilkan gambar Topan bersama Yasir saat meninjau kawasan Sipiongot, Padang Lawas Utara. Foto demi foto itu seakan membangun narasi tentang siapa saja yang pernah berada dalam lingkaran proyek raksasa ini.
Kasus ini bukan sekadar perkara teknis pembangunan jalan. Ia membuka tabir gelap praktik “dagang sapi” antara pejabat dan pengusaha.
Dikursi terdakwa duduk M Akhirun Piliang alias Kirun, Direktur PT DNG, bersama anak kandungnya, M Rayhan Dulasmi Piliang, Direktur PT RN. Mereka didakwa menarik Rp 2 miliar untuk dibagi-bagikan kepada pejabat sebagai “ucapan terima kasih” atas mulusnya proyek.
Namun, sorotan utama tetap pada Topan Ginting. Mantan Kadis PUPR ini disebut KPK sebagai otak pengaturan pemenang lelang proyek. Ia dijanjikan fee Rp 8 miliar. Dari rumah dinasnya, penyidik menyita uang tunai dan senjata api. Nama Topan seakan menjadi kunci penghubung antara kontraktor dan pejabat dipemerintahan provinsi.
Sidang yang dipimpin hakim Khamozaro Waruwu ini menghadirkan lima saksi kunci. Diantaranya Yasir Ahmadi, Kepala Bappelitbang Sumut Dikky Anugerah, hingga Bendahara UPT PUPR Gunungtua, Irma Wardani. Setiap kesaksian membuka potongan puzzle yang semakin memperlihatkan betapa proyek ini tidak steril dari kepentingan.
Meski sejauh ini Bobby belum disebut terlibat langsung, kemunculannya dalam foto yang dipamerkan JPU memberi dimensi politik yang tak bisa diabaikan. Sebagai gubernur sekaligus menantu Presiden Jokowi, setiap langkahnya akan menjadi sorotan.
Apalagi, infrastruktur selama ini dijadikan ikon pembangunan Sumut. Proyek jalan Rp 231,8 miliar ini sejatinya diproyeksikan sebagai kebanggaan daerah. Namun kini, proyek itu justru berubah menjadi kubangan korupsi yang menyeret pejabat hingga kontraktor.
Kasus ini bermula dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK Juni lalu. Dari sana, lima tersangka ditetapkan, termasuk Topan. Namun, hingga kini baru Akhirun dan Rayhan yang diseret ke pengadilan. Publik menduga lingkaran kasus ini bisa lebih besar dari sekadar ayah-anak kontraktor dan seorang kepala dinas.
Apalagi, aroma fee miliaran rupiah, pengaturan proyek, hingga keterlibatan pejabat UPTD membuat publik bertanya: siapa lagi yang akan diseret KPK?
Untuk Bobby, foto dirinya bersama Topan mungkin sekadar dokumentasi peninjauan. Namun diruang sidang, citra itu bisa berubah makna, simbol kedekatan, bahkan potensi keterhubungan, meski belum tentu melanggar hukum.
Kasus ini sekaligus menguatkan pandangan lama, proyek infrastruktur sering menjadi “ladang rente”. Proyek yang seharusnya menghubungkan daerah, justru menghubungkan pejabat dengan pengusaha dalam transaksi gelap.
KPK mengungkap bahwa dari proyek Rp 231,8 miliar itu, miliaran rupiah sudah menguap untuk fee dan setoran. Artinya, kualitas jalan yang dibangun berpotensi dikorbankan demi memperkaya segelintir orang.
Kini, sidang masih berjalan. Akankah fakta-fakta baru menyeret aktor politik lebih besar? Atau justru berhenti pada lingkaran kontraktor dan pejabat kelas menengah?
Satu yang pasti, persidangan ini telah membuka borok tata kelola proyek infrastruktur di Sumut. Dan kemunculan foto Bobby ditengah pusaran sidang, menjadi bumbu politik yang membuat kasus ini semakin panas, tajam, dan berbahaya.(Misno)
Discussion about this post