INformasinasional.com-LANGKAT. Kalangan petani sayur mayur di Kabupaten Langkat terus mengeluh akibat harga jual hasil panen yang murah, sementara harga pupuk non subsidi dan obat-obatan/ racun hama harganya melambung.
[irp posts=”7745″ ]
“Harga pupuk non subsidi seperti NPK Mutiara, Hidro grower, dan Urea kan sudah lama naik, kalau sudah naik mana mau lagi turun. Kalau Mutiara BASF, Hidro sekarang ini sudah Rp 860 ribu sampai Rp 900 ribu per zak, kalau beli ketengan per kg Rp 12.000 – Rp 16.000, kalau Urea non subsidi ketengan Rp 10.000 – Rp 12.000 per kg. Dahulukan cuma dibawah Rp 500 ribu per zak,” kata Jasman, salah seorang petani cabai di dusun Kelantan, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Langkat, Minggu (21/5/2023)
[irp posts=”7740″ ]
Diakatannya, harga jual cabai merah saja tidak sampai Rp 15.000 per kg.
‘Inilah yang dikatakan kalau sudah turun lama naiknya. Karena, cabai saat harga pupuk dan pestisida naik, idealnya di tingkat petani Rp 30.000 per kg, karena semua serba mahal. Jadi kalau sudah harga cabai turun, lama naik nya. Tapi kalau harga pupuk seperti 3 tahun silam, harga jual cabai Rp 30.000, petani sudah untung besar, tapi kalau sekarang, cari seri saja susah,” katanya lagi.
[irp posts=”7707″ ]
Berbalik dengan petani mentimun, saat ini mereka bisa tersenyum lebar, karena harga jual mentimun ditingkat petani naik terus. Mulai harga Rp 2.000 naik terus hingga ke level Rp 5.000/kg.
Begitu juga dengan harga sayur kacang pancang yang sudah dilevel Rp 6.000/kg ditingkat petani.
“Kemaren harga jual timun yang saya panen Rp 5.000 per kilo sama pedagang penampung, kalau di bulan yang lalu masih Rp 2.000 per kilo,” kata Purwanto, petani mentimun di Kelurahan Pekan Gebang, Langkat, Minggu.
Sedangkan Agus menyebutkan, harga jual sayur kacang panjang yang ia panen masih Rp 6.000 per kg. “Masih enam ribu per kilo kacang pancang,” kata Agus, petani sayur di Kelurahan Pekan Gebang, Langkat. (Redaksi)
Editor : Misno