INformasinasional.com, JAKARTA – Ditengah kepungan banjir bandang yang memporak-porandakan Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh, satu hal yang paling dirindukan warga adalah sinyal. Internet yang selama ini dianggap “selalu ada”, mendadak hilang ditelan gelombang lumpur dan padamnya aliran listrik.
Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI di Senayan, Senin (8/12/2025), membeberkan kondisi terbaru pemulihan jaringan internet. Kabar baiknya, sebagian Sumut dan Sumbar mulai pulih. Kabar buruknya, Aceh masih gelap seperti kota tanpa lampu.
“Sumatera Utara tinggal 5,74 persen, dan Sumbar 2,81 persen yang masih terdampak. Artinya internet didua wilayah itu pulih lebih dari 95 persen,” ujar Meutya. Angka yang tampak impresif, ditengah reruntuhan jaringan yang porak-poranda.
Namun Meutya kemudian meletakkan “bom” data yang membuat ruang rapat mendadak hening.
“PR terbesar ada di Aceh. Masih 60,72 persen wilayahnya gelap sinyal.”
Banjir bandang akhir November 2025 rupanya bukan hanya menyapu rumah dan jembatan, tetapi juga merobohkan pernapasan digital masyarakat Aceh. Puluhan BTS tumbang, ratusan lokasi akses internet Bakti lumpuh, dan aliran listrik terputus sehingga perangkat pemancar tak bisa berfungsi.
Aceh Masih Gelap, Sinyal Bergantung pada Listrik
Menurut Meutya, keterlambatan pemulihan jaringan di Aceh bukan semata soal infrastruktur internet, melainkan sumber energinya. “Ini karena power. Begitu listrik masuk, kita yakin pemulihan bisa naik ke 75 persen,” kata politikus Golkar itu.
Pemerintah, kata Meutya, kini menjalankan dua jalur pemulihan.
- Menghidupkan kembali BTS operator seluler,
- Memulihkan akses internet Bakti.
Dari 602 BTS Bakti yang terdampak, baru 413 berhasil hidup kembali. Angka yang menunjukkan lebih dari 60 persen sudah pulih, tetapi sisanya sebagian besar di Aceh masih tergeletak tak bernyawa.
Ditengah keterbatasan itu, Polri bergerak cepat dengan menggelar akses internet darurat menggunakan teknologi satelit Starlink. Hingga 6 Desember 2025, 76 unit internet Starlink sudah ditebar di wilayah banjir.
- Aceh: 36 unit
- Sumut: 32 unit
- Sumbar: 8 unit
Kadivhumas Polri, Irjen Pol Sandi Nugroho, menegaskan, layanan Starlink sepenuhnya gratis. Tidak ada pungutan, tidak ada mekanisme yang rumit, cukup pasang dan nyalakan.
“Begitu Starlink menyala, warga langsung bisa mengabarkan kondisi mereka. Informasi cepat dan akurat sangat menentukan langkah penyelamatan,” ujarnya.
Polri memprioritaskan pemasangan dilokasi-lokasi yang benar-benar gelap sinyal daerah yang bahkan sebelum banjir pun sering hanya mengandalkan satu-dua bar jaringan.
Ditengah era digital, ketika laporan kerusakan harus dikirim cepat, data korban harus diperbarui setiap menit, dan tim penyelamat bergantung pada koordinasi online, jaringan internet bukan sekadar fasilitas, melainkan urat nadi penanganan bencana.
Pulihnya hampir seluruh jaringan di Sumut dan Sumbar memberi harapan. Namun Aceh masih menjadi pekerjaan rumah raksasa. Daerah yang paling terdampak banjir kini juga paling tertinggal dalam konektivitas.
Pemulihan sinyal bukan sekadar menegakkan BTS dan menekan tombol “on”. Dibalik itu ada listrik yang terputus, akses yang terhambat, dan medan bencana yang tidak ramah teknologi.
Pertanyaannya, bisakah Aceh kembali terhubung sebelum gelombang bencana susulan datang?
Pemerintah bekerja, Polri bergerak, satelit dikerahkan. Dan masyarakat… menunggu.(Misn’t)





Discussion about this post