INformasinasional.com, Langkat – Terik matahari Sabtu (19/7/2025) siang itu tak menyurutkan langkah ratusan warga Kabupaten Langkat untuk memadati Alun-Alun T. Amir Hamzah, Stabat. Dari kejauhan, suara lantunan zikir bergema, menembus udara, membawa kesejukan spiritual yang merasuk hingga ke relung hati. Di sanalah, Zikir Akbar digelar, dipimpin langsung oleh Bupati Langkat H. Syah Afandin, SH bersama Majelis Taklim Tsaqifa, dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah.
Tema yang diusung, “Zikir Akbar dan Silaturahmi Bupati Langkat bersama Pecinta Al-Qur’an Menuju Langkat yang Religius”, seolah menjadi cermin visi kepemimpinan Syah Afandin: membangun masyarakat yang tak hanya kuat secara fisik, tetapi juga kokoh dalam nilai-nilai spiritual.
“Ini bukan sekadar perayaan tahun baru Islam, tetapi ikhtiar kita untuk menata hati, mengokohkan Langkat sebagai daerah religius, bermartabat, dan penuh rahmat Allah,” tutur Bupati Syah Afandin dengan suara bergetar di hadapan jamaah yang khusyuk menyimak.
Air Mata Haru di Tengah Zikir
Suasana menjadi syahdu saat lima perempuan lansia dengan kerudung putih rapi maju ke tengah panggung. Mereka adalah Nenek Solehah (73), Nenek Siti (72), Nenek Tumini (72), Nenek Lusiana (72), dan Nenek Mariati (75). Dengan suara bergetar, satu per satu mereka membacakan sambung ayat Al-Qur’an—lancar, tanpa terbata. Air mata pun mengalir di pipi mereka, diiringi isak haru jamaah yang menyaksikan.
“Saya tidak pernah menyangka di usia setua ini bisa membaca Al-Qur’an. Dulu saya hanya mendengar orang lain mengaji, sekarang saya sendiri bisa. Rasanya seperti mimpi,” ungkap Nenek Mariati sambil mengusap air mata.
Lima nenek itu adalah bukti hidup dari perjuangan Majelis Taklim Tsaqifa, sebuah komunitas pengajar Al-Qur’an yang selama ini konsisten memberantas buta aksara Al-Qur’an di Langkat.
Metode yang digunakan sederhana namun efektif: memperkenalkan huruf hijaiyah yang disusun menjadi suku kata untuk memudahkan pemahaman, terutama bagi lansia. Dalam 5–10 kali pertemuan, hampir seribu orang di Langkat kini bisa membaca Al-Qur’an dengan mandiri.
“Awalnya saya malu ikut belajar karena sudah tua. Tapi ustazah bilang tidak ada kata terlambat. Saya diajari dengan sabar sampai bisa membaca basmalah. Alhamdulillah, sekarang setiap pagi saya bisa tilawah walaupun perlahan-lahan,” tutur Nenek Siti, matanya berbinar.
Syah Afandin Pemimpin dengan Sentuhan Spiritualitas
Di Kabupaten Langkat, nama Syah Afandin bukan hanya dikenal sebagai birokrat. Ia adalah sosok yang menempatkan nilai agama sebagai fondasi kepemimpinan. Di bawah arahannya, geliat majelis taklim, pengajian, hingga gerakan memberantas buta aksara Al-Qur’an terus tumbuh subur di pelosok desa.
“Bupati kami bukan hanya memikirkan pembangunan jalan atau pasar, tetapi juga jiwa masyarakatnya. Beliau sering hadir di pengajian dan zikir akbar. Itu yang membuat kami merasa dekat dengan pemimpin,” ungkap Hendra Saputra (38), warga Kelurahan Perdamaian yang hadir bersama istri dan dua anaknya.
Sementara itu, Nurhayati (54), seorang guru ngaji Majelis Taklim Tsaqifa, mengaku terharu atas dukungan penuh dari pemerintah daerah. “Pak Bupati sering memberi kami motivasi. Beliau bilang, tugas kami mulia karena mencerdaskan hati umat. Itu membuat kami semakin semangat untuk keliling kampung,” ujarnya.
Menggelorakan Semangat Lewat Lomba Baca Al-Qur’an
Zikir Akbar ini tak sekadar menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga sarana mengapresiasi para pejuang Al-Qur’an. Bupati Langkat menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba baca Al-Qur’an, yang dibagi dalam dua kategori usia: 30–55 tahun dan 55–80 tahun.
“Anak-anak saya dulu hanya main ponsel, sekarang mereka ikut belajar mengaji. Semua karena ada lomba-lomba begini yang membuat mereka tertarik,” ujar Andi (42), warga Stabat.
“InsyaAllah, kegiatan seperti ini akan kita perluas hingga kecamatan dan desa. Kita ingin semangat Al-Qur’an hidup di setiap rumah di Langkat,” tegas Syah Afandin disambut tepuk tangan warga.
Membangun Langkat dengan Iman dan Amal
Di ujung acara, Bupati Syah Afandin mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan momentum Tahun Baru Islam sebagai titik balik membangun Langkat yang religius dan berkarakter.
“Langkat ini milik kita bersama. Mari kita bangun tidak hanya dengan beton dan aspal, tetapi juga dengan iman dan amal. Kita ingin generasi Langkat ke depan bukan hanya cerdas, tetapi juga berakhlak,” pungkasnya.
Bagi warga Langkat, kepemimpinan Syah Afandin adalah oase yang menyegarkan di tengah hiruk pikuk pembangunan fisik. Ia hadir sebagai pemimpin yang bukan hanya memimpin dengan aturan, tetapi juga dengan sentuhan hati dan doa.
(By: INfirmasinasional.com/Misno)
