INformasinasional.com – Medan. Yayasan Komunitas Siaga Bencana (KOGANA) bersama Balai Besar BMKG Sumatera Utara resmi menjalin kerja sama strategis yang diinisiasi oleh Kepala Balai, Hendro Nugroho, ST, M.Si, dalam kegiatan Coffee Morning yang digelar Rabu (16/4/2025). Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas jangkauan informasi serta diseminasi data iklim dan prakiraan cuaca kepada masyarakat luas, sekaligus memperkuat sinergi antar-lembaga dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Salah satu fokus utama kerja sama ini adalah mendukung kebijakan teknologi modifikasi cuaca yang kini dijalankan pemerintah di wilayah Sumatera Utara. Langkah ini merupakan respons terhadap kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,2°C, di mana wilayah Sumut telah melampaui ambang batas hingga 1,5°C. Teknologi modifikasi cuaca pun menjadi bentuk adaptasi terhadap iklim ekstrem yang semakin sering terjadi dan berpotensi mengancam kehidupan masyarakat.
[irp posts=”39355″ ]
Ketua KOGANA Sumut, Irwan Supadli, ST, M.Kes, menegaskan pentingnya kolaborasi ini agar data dan informasi dari BMKG tak hanya dimengerti oleh kalangan teknis, namun dapat diterjemahkan secara praktis oleh relawan kebencanaan dan masyarakat umum.
“Kami mengajak seluruh organisasi sosial dan masyarakat sipil untuk turut menyebarluaskan informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG, seperti akun Instagram @infobmkg dan aplikasi BMKG Mobile. Jangan sampai kita lengah hanya karena tidak tahu atau gaptek,” ujar Irwan.
KOGANA juga menyoroti pentingnya data cuaca dalam perencanaan pembangunan. Irwan mengkritik pelaksanaan proyek infrastruktur seperti pengaspalan dan pembangunan drainase yang kerap dilakukan saat musim hujan, sehingga berdampak pada buruknya kualitas dan pemborosan anggaran.
“Ini sangat disayangkan. Negara sudah berinvestasi besar pada satelit dan alat deteksi cuaca, tapi datanya tidak digunakan dalam perencanaan teknis. Kita hanya punya dua musim – kemarau dan hujan – seharusnya jadwal pembangunan bisa lebih disesuaikan,” tambahnya.
Lebih jauh, Irwan menekankan bahwa informasi dari BMKG bersifat akurat dan vital, terutama dalam mendukung sektor pertanian yang menjadi bagian dari delapan program prioritas nasional Presiden. Ketidaksinkronan antara jadwal tanam dan kondisi cuaca bisa mengganggu ketahanan pangan nasional.
“Harapannya semua pihak, baik pemerintah, pelaku pembangunan, maupun masyarakat umum, bisa lebih menghargai data BMKG. Jadikan informasi cuaca sebagai bagian dari kebijakan dan gaya hidup. Bangsa yang tangguh dimulai dari langkah sederhana: jangan abaikan prakiraan cuaca,” pungkas Irwan dalam suasana hangat Coffee Morning bersama pihak BMKG.(Red)