INformasinasional.com, LANGKAT – Udara pagi di Gedung The Saphire, Stabat, Langkat, terasa hangat ketika ratusan pasang mata berkumpul pada Selasa (8/7/2025). Mereka bukan sekadar aparat desa atau petugas kesehatan, tetapi juga para pejuang warga yang pernah dinyatakan positif Tuberkulosis (TBC) dan kini menatap hari esok dengan harapan baru.
Dihadapan mereka, Pemerintah Kabupaten Langkat melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) menggelar Forum Konsultasi Publik (FKP) Penuntasan Administrasi Kependudukan (Adminduk) bagi masyarakat penderita TBC. Sebuah langkah kecil namun berarti untuk memastikan setiap penyintas TBC tak hanya sembuh secara medis, tetapi juga kembali “hidup” secara sosial dan administratif.
Dibarisan depan, seorang ibu paruh baya memeluk erat sebuah map biru berisi dokumen kependudukan yang baru saja diserahkan. Matanya berkaca-kaca, mengenang perjuangannya selama berbulan-bulan melawan batuk yang tak kunjung reda hingga akhirnya didiagnosis TBC.
“Dulu saya takut ke Puskesmas. Takut ketahuan, takut diasingkan. Tapi sekarang saya sadar, sembuh itu hak saya, dan punya KTP atau KK yang aktif itu juga hak saya sebagai warga,” katanya dengan suara bergetar.
Inilah salah satu momen yang ingin diciptakan Pemkab Langkat melalui inovasi Dukcapil Peduli Tuberkulosis. Kepala Disdukcapil Langkat, Faizal Rizal Matondang SSos MAP, menjelaskan bahwa forum ini bukan hanya tentang data, tetapi tentang memberikan kembali identitas dan martabat bagi para penyintas TBC.
“Dokumen ini simbol perjuangan. Kami ingin memastikan tidak ada lagi warga penderita TBC yang terhambat mengakses layanan karena masalah administrasi,” tutur Faizal.
TBC, Ancaman Sunyi yang Perlu Kesadaran Bersama
Sekretaris Daerah Langkat, Amril SSos MAP, mewakili Bupati H Syah Afandin SH, menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk menuntaskan TBC. Ia menyampaikan data yang mengejutkan: Sumatera Utara berada di peringkat ketiga nasional jumlah kasus TBC, dan Kabupaten Langkat ada di urutan ketiga se-Sumut.
“Ini bukan sekadar angka, tapi wajah-wajah saudara kita. Kita harus bergerak bersama. Dukcapil, Dinas Kesehatan, camat, kepala desa, semua harus terlibat,” kata Amril.
Ia pun mengingatkan tentang bahaya penularan TBC yang sangat mudah melalui udara. Edukasi masyarakat, menurutnya, menjadi kunci untuk memutus rantai penyebaran.
“Data bukanlah segalanya, tapi tanpa data, kita bisa kehilangan segalanya,” ucapnya, mengutip pepatah yang relevan dalam konteks penanggulangan penyakit menular.
Program ini sejalan dengan visi Bupati dan Wakil Bupati Langkat untuk menciptakan masyarakat yang Maju, Sehat, Sejahtera, Religius, dan Berkelanjutan. Fokus pada kesehatan masyarakat melalui pembangunan sarana kesehatan, pengentasan stunting, hingga penurunan angka kematian ibu dan bayi, kini diperkuat dengan perhatian pada kelompok rentan seperti penderita TBC.
Sedangkan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Langkat, dr H Agussalim, menambahkan bahwa penyintas TBC sering kali menghadapi stigma sosial yang membuat mereka enggan berobat. Inisiatif Dukcapil ini, menurutnya, menjadi angin segar untuk membangkitkan semangat para penyintas.
“Kita ingin mereka tidak hanya sembuh secara medis, tetapi juga bangkit secara sosial. Memiliki dokumen kependudukan lengkap artinya mereka bisa kembali bekerja, bersekolah, atau mengakses bantuan sosial,” katanya.
Diakhir acara, suasana haru menyelimuti ruangan saat sejumlah penyintas menerima langsung dokumen kependudukan mereka. Ada yang tersenyum lega, ada pula yang meneteskan air mata. Semua sepakat, dokumen ini bukan hanya selembar kertas, tetapi tiket untuk kembali menjalani hidup dengan penuh martabat.
Pemkab Langkat berharap kolaborasi semua pihak akan semakin solid demi mencapai target eliminasi TBC menuju 0%.
“Hari ini kita buktikan, dengan sinergi dan kepedulian, tidak ada lagi warga yang tertinggal. Kita wujudkan Langkat yang sehat dan sejahtera untuk semua,” kata Amril.
Diketahui, TBC bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial. Dukungan administrasi bagi penyintas adalah langkah kecil namun bermakna dalam memutus stigma dan rantai penularan.
(Penulis: Misno Adi)
