INformasinasional.com, Langkat — Jentera Malay, rumah dinas Bupati Langkat, mendadak menjadi lautan doa dan harapan pada Kamis, 4 September 2025. Ribuan warga berduyun-duyun memenuhi halaman, berzikir, menengadahkan tangan, memohon langit Langkat tetap teduh dari perpecahan. Ditengah lantunan doa lintas agama, Bupati Langkat H Syah Afandin bersama Wakilnya, Tiorita Br Surbakti, menyalurkan bantuan sosial bernilai Rp5 miliar.
Tak tanggung-tanggung, 7.716 warga kurang mampu dan empat kelompok tani kebagian berkah. Dari bilal mayit, guru TPA, penggali kubur, hingga tukang becak, semuanya disentuh bantuan. Bahkan, 10 bilal mayit teladan mendapat hadiah istimewa, yakni tiket umroh gratis.
“Momentum ini bukan sekadar berbagi, tapi mengokohkan persatuan bangsa,” ujar Syah Afandin dengan suara yang disambut pekik amin dari ratusan hadirin.
Bantuan itu tersebar ke berbagai lini:
- Beasiswa pendidikan: 10 mahasiswa S1 (Rp1 juta/orang) dan 4 mahasiswa S2 (Rp15 juta/orang).
- Guru agama: 2.441 guru TPA (Rp750 ribu/orang), 655 guru sekolah minggu (Rp500 ribu/orang), dan 1.696 guru diniyah takmiliyah (Rp750 ribu/orang).
- Pekerja sosial: 500 bilal mayit (Rp800 ribu/orang), 676 penggali kubur (Rp600 ribu/orang).
- Tukang becak: 1.536 orang (Rp100 ribu/orang).
- Rumah ibadah: masjid, musholla, dan gereja se-Langkat dengan total Rp120 juta.
- Kelompok tani & nelayan: benih, sarana pertanian, kapal tangkap <3 GT, dan 5.000 bibit ikan gurame.
- UMKM & sosial: mesin jahit, kursi pangkas, mesin pelet, kursi roda, beras, hingga sertifikat halal.
Ditengah gempuran isu nasional yang kerap memecah belah, Afandin menggarisbawahi pentingnya solidaritas. “Negara kita berdiri di atas persatuan yang kokoh. Bantuan ini hanyalah wujud kecil dari komitmen pemerintah hadir ditengah rakyat,” tegasnya.
Zikir dan doa bersama enam etnis dan tokoh lintas agama itu pun berubah menjadi perayaan kebersamaan. Dari kursi roda hingga kapal nelayan, dari sertifikat halal hingga ongkos umroh, semua jadi simbol, pemerintah belum abai pada mereka yang ada dilapisan paling bawah.
DiLangkat Kamis, Rp5 miliar bukan sekadar angka. Ia menjelma doa, asa, dan ikhtiar mengikis kemiskinan, sekaligus tameng untuk menjaga negeri dari bara perpecahan.(Misno)