INformasinasional.com, LANGKAT – Warga Langkat kembali dibuat geram. Sungai Batang Serangan, yang selama ini menjadi sumber kehidupan nelayan tradisional, mendadak berubah warna menjadi hitam pekat dan mengeluarkan bau busuk menyengat. Lebih parah lagi, ribuan ikan mati mengapung, memaksa warga yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan terpaksa menelan pil pahit kehilangan mata pencaharian.
Fenomena memilukan ini terjadi pada Selasa (5/8/2025), membentang dari aliran Kecamatan Sawit Seberang hingga ke Tanjung Pura. Dugaan kuat mengarah pada praktik pembuangan limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) ke aliran sungai tanpa pengolahan yang sesuai aturan.
Kepala Desa Basilam, Kecamatan Padang Tualang, Zainuddin, S.Pd, mengungkapkan keresahan warganya.
“Akibat tercemarnya sungai, ikan-ikan mati. Warga kami yang selama ini mencari nafkah sebagai nelayan kini kehilangan sumber penghidupan,” keluhnya.
Nada serupa datang dari Ketua Rayon AMPI Padang Tualang, Muhammad Huda, yang menegaskan bahwa Langkat memang terbuka untuk investasi, namun bukan berarti pengusaha bebas merusak lingkungan.
“Kami mendukung dunia usaha karena ini menambah PAD dan membuka lapangan pekerjaan. Tapi, jangan abaikan aturan. Pengelolaan limbah harus sesuai UKL-UPL dan dilaporkan rutin ke Dinas Lingkungan Hidup,” tegas Huda.
Huda mengingatkan bahwa pencemaran lingkungan bukan kejahatan kecil.
“Pengusaha yang terbukti mencemari lingkungan terancam pidana penjara 15 tahun dan denda miliaran rupiah sesuai UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” tegasnya.
Ia juga mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Langkat bersama aparat penegak hukum untuk segera melakukan sidak ke PKS- PKS yang diduga membuang limbah berbahaya ke sungai.
“Jika dalam 7×24 jam tidak ada tindakan nyata, AMPI bersama masyarakat siap turun ke jalan menyuarakan aspirasi!” tegasnya.
DLH Berjanji Bertindak Tegas
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala DLH Langkat, Armain, mengaku pihaknya telah menerima laporan serupa dari sejumlah kepala desa.
“Kami akan membentuk tim khusus untuk sidak ke pabrik-pabrik PKS. Jika terbukti melanggar aturan dan menjadi penyebab pencemaran sungai, kami tidak segan memberikan sanksi tegas, termasuk pencabutan izin,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak pengelola PKS yang diduga mencemari sungai belum memberikan klarifikasi. Telepon kru redaksi tidak diangkat, bahkan pesan WhatsApp yang dikirim tidak dibalas.
Pencemaran Sungai Batang Serangan ini bukan sekadar masalah lingkungan, tetapi ancaman nyata bagi hajat hidup ribuan warga. Publik kini menunggu: apakah penegakan hukum benar-benar berjalan, ataukah lagi-lagi dibiarkan tanpa kepastian?
(Z Lubis)
