INformasinasional.com, Medan – Suasana di halaman Universitas Al-Azhar Medan mendadak membara pada Senin pagi (21/7/2025). Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus (AMPK) turun ke jalan kampus, memenuhi area depan Gedung Rektorat dengan teriakan lantang, poster bernada protes, serta api yang membakar tumpukan ban sebagai simbol perlawanan.
Aksi ini dipicu oleh pernyataan kontroversial salah satu dosen Fakultas Hukum, Jarnawi Syahputra, yang dinilai telah melecehkan martabat mahasiswa dan merendahkan eksistensi organisasi-organisasi kemahasiswaan di lingkungan kampus.
“Kami hadir bukan untuk sekadar demo, tapi untuk memperjuangkan harga diri mahasiswa yang diinjak-injak oleh oknum dosen yang arogan. Organisasi mahasiswa adalah tiang peradaban kampus, bukan musuh yang harus dibungkam!” teriak salah seorang orator di tengah massa aksi, yang disambut sorak-sorai puluhan mahasiswa lainnya.
Dalam aksinya, mahasiswa membawa spanduk dan poster dengan tulisan bernada perlawanan seperti “Hidup Mahasiswa!”, “Jangan Bungkam Kami!”, hingga “Rektor Jangan Tutup Mata!”. Mereka berorasi secara bergantian, mengkritik keras sikap pihak kampus yang dinilai lamban merespons persoalan yang mencederai iklim akademik.
AMPK dalam pernyataan sikapnya menuntut tiga langkah tegas:
- Permintaan maaf dan klarifikasi terbuka dari Jarnawi Syahputra kepada seluruh mahasiswa, khususnya organisasi kemahasiswaan, di hadapan civitas akademika Universitas Al-Azhar Medan.
- Pemanggilan serta pemberian sanksi tegas oleh Rektor, Dr. Ir. Mawardi, S.T., M.T., kepada Jarnawi Syahputra sesuai peraturan kampus dan kode etik dosen.
- Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Rektor dan jajarannya oleh Ketua Yayasan Hajjah Rachmah Nasution, Ir. Riza Novida, yang dinilai lalai menjaga profesionalitas tenaga pendidik.
“Kalau pimpinan kampus diam saja, itu berarti mereka gagal sebagai pemimpin. Kami tidak akan tinggal diam. Hari ini suara kami masih damai, besok mungkin lebih besar dan mengguncang,” ujar koordinator aksi, Rizky Maulana, dengan nada penuh emosi.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga memberikan ultimatum kepada pihak rektorat agar segera merespons tuntutan mereka dalam waktu dekat. Jika tidak, mereka mengancam akan membawa isu ini keluar kampus dan melibatkan berbagai elemen masyarakat serta organisasi mahasiswa tingkat kota hingga nasional.
“Kami ingatkan sekali lagi, jangan uji kesabaran mahasiswa. Kami bukan sekadar pelengkap di kampus ini. Kami adalah mitra kritis yang mengawal moralitas dan profesionalitas. Jika tidak ada tindak lanjut, jangan salahkan jika gelombang aksi ini semakin besar!” tegas Rizky di hadapan kerumunan massa.
Aksi tersebut sempat menarik perhatian mahasiswa lain yang memilih menyaksikan dari jarak aman, serta para staf kampus yang terlihat resah dengan situasi yang semakin memanas. Meski demikian, jalannya unjuk rasa terpantau berlangsung tertib dengan pengawalan ketat dari petugas keamanan kampus.
Hingga berita ini diturunkan, pihak rektorat Universitas Al-Azhar Medan belum memberikan keterangan resmi terkait tuntutan mahasiswa. Beberapa staf yang dikonfirmasi hanya menyebut pimpinan masih melakukan rapat internal untuk membahas persoalan tersebut.
Sementara itu, Jarnawi Syahputra juga belum berhasil dimintai klarifikasinya oleh awak media. Nomor ponsel yang dihubungi dalam keadaan tidak aktif.
Situasi di kampus hingga siang hari masih dipenuhi aroma asap sisa pembakaran ban dan gema teriakan mahasiswa yang menuntut keadilan. Apakah pihak kampus akan bersikap tegas atau memilih diam? Mahasiswa berjanji akan kembali dengan aksi yang lebih besar jika tuntutan mereka diabaikan.
(Bobby OZ)