Profil Desa Padang Tualang
INformasinasionaL.com – Dari ujung timur Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, terselip sebuah kisah inspiratif tentang desa yang berkembang bukan hanya dari fisik bangunan dan jalan-jalan aspal, tetapi juga dari nilai luhur masyarakatnya. Inilah Desa Padang Tualang, sebuah potret kemajuan desa yang dibangun dari semangat gotong royong, toleransi, dan cita-cita kolektif untuk tumbuh bersama.
Desa ini berdiri di Kecamatan Padang Tualang, menempati posisi strategis di antara kota Tanjung Pura dan kawasan religi Besilam. Letaknya yang berada di persimpangan penting menjadikan Padang Tualang sebagai penghubung aktivitas ekonomi dan budaya yang dinamis.
Dari Rawa Menjadi Lumbung Kehidupan
Didirikan pada tahun 1940, Padang Tualang memulai kisahnya sebagai wilayah rawa-rawa. Namun berkat kerja keras warga dan dukungan lintas generasi, daerah ini perlahan berubah menjadi permukiman produktif. Lahan-lahan yang dulunya tergenang kini menjelma menjadi sawah hijau, ladang subur, kebun berbuah lebat, dan peternakan yang menopang ekonomi lokal.
[irp posts=”41770″ ]
Dengan luas 2.080 meter persegi dan jumlah penduduk hampir 2.900 jiwa, desa ini terbagi dalam enam dusun, mulai Dusun Hidayah, Kebun Kacang, Paya Remis, Mulia, Kampung Pinang, dan Dusun Rukun. Nama-nama dusun tersebut tidak sekadar sebutan administratif, tapi juga mewakili identitas dan keunikan sosial yang hidup dalam desa.
Keberagaman etnis menjadi salah satu kekuatan utama desa ini. Suku Melayu, Jawa, Karo, Mandailing, Batak, hingga warga dari Kalimantan hidup berdampingan dalam harmoni yang jarang ditemukan di wilayah lain. Toleransi di Padang Tualang bukanlah sekadar slogan atau agenda musiman, melainkan budaya sehari-hari yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Di sini, semangat saling membantu bukan hanya terlihat saat panen atau saat hajatan, tapi juga ketika merayakan hari besar keagamaan lintas umat. Tidak asing melihat umat Islam menjaga parkir saat warga Kristen mengadakan ibadah, atau warga dari suku berbeda bahu membahu memperbaiki balai dusun tanpa memandang perbedaan latar belakang.
Ekonomi dari Akar Rumput
Ekonomi desa bergerak dari bawah, dari rakyat untuk rakyat. Lebih dari 200 petani aktif mengolah lahan dengan berbagai komoditas unggulan. Selain itu, usaha kecil dan mikro tumbuh subur mulai dari pembuatan kue tradisional, keripik, buket bunga kreatif, hingga peternakan telur puyuh.
Sektor perkebunan juga ada, seperti kelapa sawit dan karet milik perkebunan swasta nasional.
Padang Tualang bukan sekadar tempat tinggal, tapi ladang penghidupan yang terus ditanam dengan kerja keras dan panen keberkahan. Di sinilah filosofi desa hidup: bahwa kemandirian ekonomi tidak harus menunggu bantuan luar, tapi bisa tumbuh dari potensi dalam.
Pendidikan dan Keimanan Jalan Seiring
Dari sisi pendidikan, Padang Tualang tak ketinggalan. Fasilitas pendidikan dasar hingga keagamaan tersebar merata. Satu taman kanak-kanak, dua sekolah dasar, satu pesantren, serta belasan TPQ menjadi fondasi dalam membentuk generasi yang cerdas dan berakhlak.
Kehidupan rohani juga menjadi prioritas. Dua masjid besar dan tiga musholla tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi pusat kegiatan masyarakat yang membina moral dan kedamaian sosial.
Perubahan signifikan dalam delapan tahun terakhir tak lepas dari peran Kepala Desa M. Arfan Lubis, ST, yang dikenal sebagai pemimpin dengan visi progresif dan dekat dengan rakyat. Di bawah kepemimpinannya, pembangunan infrastruktur seperti jalan antar dusun, paving block, serta bantuan rumah layak huni terealisasi secara nyata dan merata.
Namun bagi Arfan Lubis, membangun desa bukan semata soal proyek fisik. Yang lebih penting adalah membangun karakter masyarakat, menguatkan budaya gotong royong, dan menanamkan rasa saling menghormati sebagai landasan hidup bersama.
“Pembangunan yang paling abadi adalah ketika masyarakatnya saling percaya dan saling menjaga. Infrastruktur bisa dibangun dengan dana, tapi rasa kebersamaan hanya bisa dibangun dengan nilai,” ujarnya dalam satu kesempatan bersama warga.
Desa Padang Tualang hari ini adalah bukti nyata bahwa kemajuan tak harus mengorbankan nilai-nilai kearifan lokal. Bahwa modernitas bisa berdampingan dengan budaya, dan keberagaman bisa menjadi fondasi, bukan ancaman.
Di tengah tantangan globalisasi dan urbanisasi, Padang Tualang tetap berdiri sebagai contoh bahwa desa bukan tempat yang ditinggalkan, tapi tempat yang layak dibanggakan.
Dari Langkat, untuk seluruh Nusantara, Padang Tualang memberi pelajaran berharga: membangun desa bukan sekadar menghitung APBDes atau menata beton, tapi merawat kebersamaan, menghidupkan nilai, dan mencintai kampung halaman dengan sepenuh hati.
Reporter: Misno Adi
Editor: Redaksi Desa Kita
