INformasinasional.com, JAKARTA — Menjelang berakhirnya masa jabatan Marullah Matali sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, suhu politik birokrasi di Balai Kota mulai menghangat. Sejumlah kelompok disebut mulai bergerilya mengusung nama-nama calon pengganti. Namun, peringatan keras datang dari Ketua Umum Pengurus Besar Komunitas Aktivis Muda Indonesia (PB KAMI), Sultoni, yang meminta semua pihak tidak ikut cawe-cawe dalam urusan dapur pemerintahan.
“Percayakan sepenuhnya kepada Mas Pram dan Bang Doel. Mereka tahu siapa yang paling pantas duduk dikursi strategis Sekda DKI,” tegas Sultoni dalam keterangan persnya, Rabu (22/10/2025).
Menurutnya, Gubernur Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno, duet yang belakangan dikenal dengan sebutan Pram-Doel, punya integritas dan kecakapan yang tak perlu diragukan untuk menyeleksi figur terbaik.
“Sekda itu bukan jabatan politis. Ini soal profesionalitas dan kemampuan menjaga ritme pemerintahan serta memastikan roda pembangunan Jakarta tak tersendat,” ujarnya tajam.
Sultoni menyoroti geliat sejumlah pihak yang mulai melobi atau menitipkan nama kelingkaran Balai Kota. Menurutnya, indikasi munculnya intervensi dari kelompok aktivis dan LSM tertentu sudah mulai terasa.
“Kami mencium adanya upaya ‘titip nama’ yang dibungkus dengan narasi aktivisme atau solidaritas. Ini berbahaya, karena Sekda bukan jabatan untuk balas budi atau bagi-bagi kursi,” tandasnya.
PB KAMI, lanjut Sultoni, akan terus mengawal agar proses seleksi berjalan transparan, profesional, dan bebas intervensi politik. Ia juga menegaskan, pemerintahan DKI tidak boleh tersandera kepentingan kelompok mana pun.
“Sekda itu motor birokrasi. Kalau yang duduk di sana hasil lobi-lobi, maka pelayanan publik bisa terganggu. Jakarta tidak boleh jadi arena eksperimen politik kelompok tertentu,” katanya.
Lebih jauh, Sultoni menegaskan PB KAMI siap memberi dukungan penuh terhadap keputusan akhir Pramono-Rano selama prosesnya berbasis meritokrasi. Ia menekankan, siapapun yang dipilih harus punya rekam jejak bersih, manajerial kuat, dan kemampuan menjaga ritme birokrasi yang kompleks.
“Yang terpenting, jangan ada dikotomi antara alumni IPDN, ASN pendatang, atau birokrat lokal. Semua harus bersatu demi Jakarta yang lebih tangguh,” pungkasnya.
Ditengah riuh spekulasi nama-nama calon pengganti Marullah, pernyataan PB KAMI menjadi tamparan keras bagi pihak-pihak yang mencoba bermain di balik layar. Sinyal Sultoni jelas: biarkan Pram-Doel bekerja tanpa tekanan karena Jakarta butuh birokrasi yang solid, bukan sandiwara politik dibalik meja.***
Discussion about this post