INformasinasiinal.com, Medan – Dari Laut Asahan hingga sawah yang gersang dipedalaman, Sumatera Utara tengah menghadapi dua medan perang sekaligus, melawan narkoba yang menyusup lewat ombak dan memperkuat ketahanan pangan ditanah yang semakin terhimpit kebutuhan. Dua isu ini bertemu dalam satu ruang, Kamis, 11 September 2025, ketika Gubernur Sumut Muhammad Bobby Afif Nasution menerima kunjungan Laksamana Muda TNI Deny Septiana, Komandan Komando Daerah Angkatan Laut.
Bobby berbicara lantang. “Pemprov tidak bisa melaksanakan sendiri upaya pemberantasan narkoba. Kolaborasi dengan Forkopimda, khususnya TNI AL, menjadi sangat penting,” katanya. Bagi menantu Presiden Jokowi itu, ancaman narkoba kini bukan lagi cerita hitam di lorong-lorong kota. Jaringannya sudah menjerat nelayan kecil, meracuni masyarakat desa, bahkan menggoda anak-anak sekolah dasar.
Deny mengangguk. Laut, katanya, adalah “urat nadi” sekaligus jalur paling rawan bagi sindikat narkoba. “Asahan dan Tanjungbalai itu pintu masuk. Kapal-kapal penyelundup bergerak cepat. Kita tidak bisa lagi hanya berjaga didarat. Kami akan menyiapkan pos, menggeser alutsista, dan menyiagakan armada yang mampu mengimbangi kecepatan mereka,” ujarnya.
Pernyataan itu seperti menegaskan medan tempur baru yang dihadapi TNI AL. Lautan yang semestinya menjadi ruang ekonomi dan kehidupan nelayan, kini jadi arena perburuan sindikat internasional yang mengubah garis pantai Sumut menjadi jalur gelap narkoba.
Namun pertemuan itu tak berhenti dipersoalan narkoba. Bobby menggiring pembicaraan ke isu yang lebih sunyi tapi tak kalah mendesak, pangan. “Pemprov siap menyediakan lahan untuk ditanami kedelai. Kebijakan ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” katanya.
Suaranya terdengar penuh tekad, seolah ingin menutup pintu impor kedelai yang selama ini membebani petani dan perajin tempe-tahu.
Deny menimpali. Ia mengakui, tugas tambahan yang digariskan Presiden membuat TNI AL tak hanya berjaga dilautan, tapi juga ikut menanam pangan strategis. “Kami diberi mandat mendukung program ketahanan pangan, terutama kedelai. Namun karena terbatasnya lahan dipesisir, kami sangat berharap dukungan penuh Pemprov,” katanya.
Dibalik dialog resmi itu, tergambar tarikan dua tantangan besar yang mencengkeram Sumatera Utara. Lautannya rawan narkoba, daratannya dituntut kembali produktif. Satu soal generasi, satu soal perut.
Bagi Bobby dan Deny, kedua isu ini bukan pilihan. Mereka harus menghadapinya bersamaan: perang dilaut untuk menyelamatkan anak-anak dari narkoba, perang didarat untuk memastikan piring rakyat tetap terisi.
Langkah itu memang tak sederhana. Tapi pertemuan Kamis itu menandai babak baru: Sumatera Utara sedang mengkonsolidasikan diri, menjadikan lautnya benteng dari narkoba, sekaligus tanahnya lumbung pangan.(Misno)