INformasinasional.com*
RIBUAN pencari kerja tumpah ruah dihalaman dan aula Gedung MABMI Langkat, Rabu 9 Juli 2025 yang baru lalu. Mereka datang dengan wajah penuh harap, map coklat di tangan berisi CV, ijazah, dan fotokopi identitas diri, berharap hari itu bisa menjadi titik balik dalam hidup mereka.
Bupati Langkat H Syah Afandin, SH sang pemimpinpun membuka Langkat Job Fair 2025 dengan gegap gempita. Syah Afandin yang akrap dengan sapaan ‘Bang Ondem’ itu menyebutkan acara ini sebagai wujud nyata keberpihakan pemerintah daerah terhadap rakyatnya.

“Kegiatan ini bukan hanya rekrutmen, tapi momentum mempererat sinergi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ini bagian dari pemulihan ekonomi dan akan jadi agenda rutin tahunan,” sebut Bang Ondem’.
Walaupun dibalik pernyataan optimistis itu, realitas dilapangan justru mengisyaratkan sesuatu yang lebih kompleks.
Data BPS Sumatera Utara mencatat angka pengangguran di Langkat per akhir 2024 masih 6,7%, setara puluhan ribu warga usia produktif yang belum bekerja. Dari jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa, 1.600 lowongan yang ditawarkan pada Job Fair ini diharapkan menyentuh sebagian kecil kebutuhan nyata.
Disisi lain, kualifikasi yang diminta perusahaan seringkali menjadi penghalang bagi banyak pelamar. Mayoritas perusahaan mencari tenaga kerja dengan pengalaman minimal satu tahun atau lulusan tertentu.

“Kami akui ini belum ideal. Tapi setidaknya ada langkah awal untuk mempertemukan tenaga kerja dengan dunia usaha,” kata Kepala Disnaker Langkat, Drs Rajanami YS MSi diacara Job Fair 2025 itu.
Desak-Desakan dan Rasa Frustrasi
Didalam aula, antrean panjang terlihat disetiap stan perusahaan. Banyak yang harus berdesakan hanya untuk menyerahkan berkas. Suhu ruangan gedung MABMI Langkat Rabu siang yang mulai pengap tidak menyurutkan semangat para pencari kerja.
Dwi (27) contohnya, ia lulusan S1 Ekonomi, mengaku sudah tiga tahun menganggur. Dipagi hari Rabu itu, matahari belum sepenuhnya naik ketika Dwi sudah berdiri dibarisan panjang didepan Gedung MABMI Langkat. Ditangannya, map lusuh berisi surat lamaran yang sudah dicetak berulang kali selama tiga tahun terakhir. Harapannya sederhana, mendapatkan pekerjaan tetap agar bisa membantu orang tua yang mulai menua.

“Saya sudah ikut Job Fair tiga kali. Setiap kali, pulangnya sama membawa map ini kembali,” katanya dengan senyum pahit.
“Setiap ada Job Fair saya datang, tapi lowongan yang ada kebanyakan kontrak atau outsourcing dengan gaji UMR. Rasanya makin sulit mencari pekerjaan tetap di Langkat,” katanya lagi.
Begitu juga dengan ungkapan Yuni (22), lulusan SMK, juga tak kalah getir. “Saingannya ribuan orang, sedangkan lowongan untuk administrasi seperti yang saya inginkan sedikit sekali. Tapi saya tetap mencoba, siapa tahu ada rezeki,” katanya.
UMKM Ikut Mejeng, Tapi Efeknya Minim?
Selain perusahaan besar, Job Fair 2025 juga menghadirkan sejumlah UMKM binaan Disnaker. Produk lokal seperti keripik pisang, batik khas Langkat, hingga kopi robusta dipamerkan. Harapannya, sektor UMKM bisa menjadi alternatif bagi warga untuk membuka usaha sendiri.
Namun masalah klasik masih membayangi. Keterbatasan modal, akses pasar yang sempit, dan teknologi yang belum merata. Tanpa dukungan serius, kehadiran UMKM di Job Fair berisiko jadi sekadar pemanis.
Sejumlah kalangan mulai mempertanyakan efektivitas Job Fair jika tidak diikuti dengan strategi besar.
Ini bagus untuk jangka pendek, tapi kalau setiap tahun hanya seremoni tanpa ada penciptaan lapangan kerja baru, angka pengangguran akan stagnan.
Langkat butuh lebih dari sekadar Job Fair. Dibutuhkan langkah strategis untuk menarik investasi, mengembangkan industri hilir pertanian, dan memperkuat ekonomi kreatif agar tercipta lapangan kerja yang lebih luas.
Dua Sisi Mata Uang
Job Fair ini, pada satu sisi, memberi harapan baru bagi ribuan pencari kerja. Tapi pada sisi lain, juga menyadarkan publik bahwa problem pengangguran di Langkat membutuhkan solusi yang lebih fundamental.
Masyarakat kini menunggu: apakah janji pemerintah untuk memperluas lapangan kerja akan tetap bergema diaula atau benar-benar diwujudkan dalam kebijakan nyata? (INformasinasional.com/Misno)