INformasinasional.com, PATI – Aksi unjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025), berubah menjadi drama mencekam yang memakan korban 64 orang luka-luka. Puluhan orang, termasuk aparat Kepolisian, terkapar di jalanan setelah bentrokan pecah di tengah teriknya siang dan pekatnya asap ban terbakar.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, Lucky Pratugas Nasrimo, menyebut para korban kini tersebar di berbagai fasilitas kesehatan.
“Ada 40 korban di RSUD RAA Soewondo, empat di Klinik Marga Husada, satu di Klinik Pratama PMI, tujuh di RS Keluarga Sehat, dan 12 korban dirawat langsung di lokasi,” ungkapnya.
Enam korban harus menjalani rawat inap karena luka serius, sisanya rawat jalan. “Sampai saat ini, tidak ada korban meninggal,” tegasnya.
Pernyataan Lucky diperkuat oleh Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto.
“Tidak ada korban meninggal dunia dalam aksi anarkis tersebut,” katanya sambil menegaskan bahwa kepolisian terus mengumpulkan bukti lapangan.
Dari total korban, tujuh hingga delapan orang adalah aparat Kepolisian. Mereka mengalami luka lebam, robekan kulit, hingga benturan di kepala akibat serangan massa. Sumber internal menyebut, lemparan batu, botol, dan kayu menjadi senjata utama para perusuh.
Seorang saksi mata, Rahmat (27), yang berada di lokasi untuk mengantar logistik kepada peserta aksi, mengaku kaget melihat eskalasi yang begitu cepat.
“Awalnya teriak-teriakan biasa, tapi tiba-tiba batu beterbangan. Saya lihat polisi jatuh, darah mengalir di wajahnya. Warga langsung teriak minta ambulans,” ujarnya dengan wajah pucat.
Sementara itu, Fitri (33), salah satu korban luka yang dirawat di RSUD RAA Soewondo, menceritakan kepanikan saat bentrokan pecah.
“Saya cuma ikut orasi di barisan belakang. Tiba-tiba orang-orang di depan mundur sambil teriak ‘lari!’. Saya nggak sempat menghindar, kena lemparan botol di bahu,” kisahnya sambil menahan perih.
Bupati Pati Sudewo turun langsung meninjau korban di rumah sakit dan meminta seluruh pihak medis memberikan perawatan maksimal.
“Semoga seluruh korban segera pulih dan kembali sehat wal afiat,” ujarnya.
Aksi yang awalnya berlangsung damai ini pecah setelah sebagian massa memaksa masuk ke area kantor bupati. Dorong-dorongan dengan aparat tak terhindarkan, disusul lemparan batu, botol, dan pembakaran ban yang membuat udara sesak dan panas.
Hingga malam hari, aparat kepolisian masih berjaga ketat. Polda Jateng menyatakan akan mengusut dugaan adanya aktor provokator yang menunggangi aksi ini.
Insiden ini menjadi alarm keras bagi penegak hukum dan pemerintah daerah untuk memperbaiki jalur komunikasi dengan masyarakat, agar suara rakyat tidak lagi tersampaikan lewat batu dan darah.*
