INformasinasional.com-Pasaman Barat–Sekretaris Daerah Kabupaten Pasaman Barat, Doddy San Ismail, secara resmi membuka Seminar Inflasi bertema “Kupas Tuntas Inflasi: Dari Pasar ke Kebijakan” yang digelar di Aula Kantor Bupati Pasaman Barat, Jum’at (7/11/2025).
Seminar ini menghadirkan narasumber dari Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat Ridwan Anhar, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumbar Ilham Fitri, dan Sekretaris Daerah Doddy San Ismail.
Sekda Doddy San Ismail dalam sambutanya menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk BPS, dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di daerah.
“Pemkab Pasaman Barat bersama BPS telah melakukan pemantauan pasokan dan harga pangan di pasar, warung, dan penggilingan. Hasilnya, ketersediaan pangan di Pasbar relatif aman untuk dua bulan ke depan,” ujar Sekda.
Ia memaparkan, berdasarkan hasil pemantauan harga dari Januari hingga Oktober 2025, sejumlah komoditas pangan strategis mengalami kenaikan harga, terutama cabai merah (naik 54,7%), cabai rawit (naik 37,5%), telur ayam (naik 3%), dan beras (naik 2,2%).
“Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh rendahnya produksi pangan, gagal panen di beberapa sentra produksi, serta meningkatnya biaya transportasi,” jelasnya.
Untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pasokan, Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat telah melaksanakan 66 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) sepanjang tahun 2025.
Kegiatan tersebut didukung oleh Bank Indonesia Sumbar, Bank Nagari, BRI, dan BSI Cabang Pasaman Barat.
Selain itu, Pemkab Pasbar juga menginisiasi Gerakan Penanaman Cabai dalam Polibag melalui penyuluh pertanian di 11 kecamatan, yang dijadikan lomba antar nagari sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan lokal.
Pemerintah juga menyalurkan bantuan pekarangan pangan bergizi dari Kementerian Pertanian untuk kelompok tani di Kecamatan Pasaman.
Sementara itu, Kepala BPS Pasaman Barat, Dwi Susanti, menggambarkan inflasi sebagai indikator penting kesehatan ekonomi.
“Inflasi ibarat suhu tubuh manusia. Selama berada pada tingkat yang wajar, ekonomi berjalan sehat. Namun jika terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka akan mengganggu pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Dwi menambahkan, seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyebab, dampak, dan strategi pengendalian inflasi.
Selain itu, kegiatan ini menjadi wadah pertukaran informasi dan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku ekonomi untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi di tingkat daerah.
“Dengan kolaborasi yang solid antarinstansi, khususnya bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), kita berharap kebijakan pengendalian harga dapat berjalan lebih efektif dan berdampak langsung pada daya beli masyarakat,” tandasnya.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh unsur Forkopimda, para asisten, kepala OPD terkait, pelaku usaha, mahasiswa, serta stakeholder lainnya.
Reporter: SYAFRIZAL
Discussion about this post